27 Maret 2012

HANUMAN

Kera adalah binatang yang mempunyai sifat, terampil, lincah, sederhana, kuat dan patuh terhadap ‘majikan’-nya, hanya saja mereka akan kembali ke sifat asalnya ketika berada dalam kelompoknya. Hanuman bukanlah kera biasa. Dia adalah putra Anjani, seorang ibu berwajah kera yang bertapa puluhan tahun, agar mendapatkan keturunan yang mulia. Anjani adalah saudara perempuan dari Subali dan Sugriwa putra dari Resi Gotama dan ibu Windradi. Beruntunglah Hanuman yang mendapatkan ‘majikan’, ‘guru’ bijak Sri Rama sehingga dia bisa melepaskan ‘kekeraan’-nya. Konon Hanuman adalah putra dari Bathara Guru. Kisah para leluhur pun sering dibengkokkan. Bathara Guru, Sang Pendaur Ulang sering dikatakan ‘cluthak’, suka tergiur wanita cantik layaknya Anjani . Bathara Guru disimbolkan dengan lingga dan yoni. Segala sesuatu dimulai dengan bertemunya energi Yin dan Yang. Hidup tetap merupakan misteri. Dan Bathara Guru pun penuh misteri. Anjani memberdayakan unsur angin, Dewa Bayu, dan melahirkan putra bernama Hanuman yang berbulu putih. Konon, pada saat Hanuman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia melemparkan petir vajra-nya ke arah Hanuman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi ngambek dan berdiam diri. Angin tidak bertiup di bumi, dan semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada Bayu agar tidak ngambek. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Hanuman sehingga kebal dari segala macam senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Hanuman menjadi makhluk yang abadi . Bagi Hanuman, semua kejadian yang dialaminya berpuncak pada waktu bertemu Sri Rama. Hanuman merasa tugas yang diberikan Sri Rama kepadanya, bukan untuk kepentingan Sri Rama, tetapi untuk meningkatkan kesadaran dirinya. Semua potensi spiritual yang berada dalam dirinya seakan bangkit setelah bertemu Sri Rama. Hanuman tidak tertarik pada tahta dan kenyamanan. Hanuman tidak ikut Subali yang menang persaingan memperebutkan tahta terhadap Sugriwa, bahkan Hanuman ikut Sugriwa yang terusir dari istana. Walaupun demikian Hanuman juga tidak bermusuhan dengan Subali, sehingga Hanuman tidak ikut campur dalam perseteruan antara kedua pamannya. Hanuman sudah muak dengan ‘kedunia-kerawian’. Hanuman telah paham bahwa seseorang lahir dengan sifat genetik tertentu, kemudian sejak kecil dididik orang tua, lingkungan, pendidikan dan pengalaman. Kerangka kebenaran bagi setiap orang akan berbeda. Bahkan kedua pamannya Sugriwa dan Subali yang berseteru mempunyai landasan kebenaran masing-masing. Sugriwa merasa benar, karena sesuai pesan Subali apabila darah putih mengalir dari dalam goa ketika Subali bertarung dengan Raksasa Maesasura, berarti Subali mati dan goa ditutup. Sedangkan Subali merasa benar dan menyalahkan Sugriwa, mengapa setelah itu Sugriwa mengambil hadiah Dewi Tara yang sebenarnya diberikan kepada dia yang membunuh sang raksasa. Hanuman sudah muak dengan dengan kebenaran duniawi, yang bisa dibelokkan sesuai kepentingan masing-masing pribadi. Konon, kemuakan terhadap keduniawian itulah yang membawa Sri Rama bertemu dengannya. Hanuman sudah siap bertemu dengan seorang Guru. Hanuman mendengar dari ibunya bahwa paman-pamannya Sugriwa dan Subali pada awalnya adalah anak-anak yang baik. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya, godaan dari luar berupa kenikmatan indera dan godaan dari dalam berupa peningkatan ego sering tak terkendalikan.
Bertemu Sri Rama, Hanuman mulai paham bahwa Sugriwa mencari Tuhan untuk kepentingan duniawi, pembalasan dendam kepada Subali. Hanuman berdoa semoga dalam perjalanan berikutnya Sugriwa semakin meningkat kesadarannya. Hanuman menjadi paham bahwa Jatayu rela mati demi Tuhan dalam menegakkan kebenaran dengan melawan Rahwana yang menculik Dewi Sinta. Hanuman bisa menghayati mengapa Subari menunggu bertemu Tuhan, baru rela mati, demikian pula Raksasa Kabandha. Hanuman merasa beruntung menemukan Guru, dan dia patuh terhadap perintah Gurunya. Akan tetapi Hanuman paham bahwa sebelum kematian datang menjemputnya, dia harus selalu waspada.Demikianlah maka Hanuman tidak mempersoalkan mengapa Sri Rama membunuh Subali saat bertarung dengan Sugriwa. Mengapa Sri Rama harus memusnahkan ratusan ribu bangsa raksasa demi istrinya. Bagi Hanuman. Sri Rama memahami kehidupan masa lalu dan masa depan seseorang, sehingga secara utuh tindakan Dia adalah tindakan bijaksana.

MENGENAL PANDHAWA

Tokoh Pandhawa dilibatkan dalam cerita yang mirip dengan cerita tokoh manusia, meliputi cerita kelahiran, perkawinan, kematian dan peristiwa penting yang terjadi dalam masyarakat. Masing-masing tokoh disebut dengan berbagai nama.
Yudhisthira mendapat sebutan Dharmaputra (Damarputra), Dharmaatmaja (Darmaatmaja), Dharmawangsa (Darmawangsa), Punta, Puntadewa, Dremakusuma atau Darmakusuma. Bima mendapat sebutan Bhima (Bima), Bhimasena (Bimasena), Pawanasuta, Bayusuta, Ballawa, Jagal Bilawa, Birawa, Sena, Arya Sena, Bratasena, Wejasena, Wrekodara, Wrekudara, Werkodara, Werkudara. Arjuna mendapat sebutan Partha (Parta), Dhananjaya (Dananjaya), Wrehannala, Palghuna (Palguna), Palgunadi, Janaka, Pamade, Kombang Ali-ali, Kalithi dan Karithi. Nakula mendapat sebutan Tangsen dan Grantika. Sadewa mendapat sebutan Sahadewa, Tantipala dan Pinten. Negara Yudhisthira bernama Indraprastha (Indraprasta), Ngamarta dan Cintakapura. Tempat tinggal Bima disebut Jodhipati dan Tanggul Pamenang. Tempat tinggal Arjuna bernama Madukara dengan taman Maduganda. Tempat tinggal Nakula di desa Sawojajar, sedang desa tempat tinggal Sadewa bernama Bumi Ratawu. Yudhisthira beristeri Durpadi dan beranak Pancawala. Isteri lain bernama Kuntul Wilanten, tetapi isteri telah merasuk ke tubuh Yudhisthira. Bima beristeri Hidimbi (Arimbi), beranak Gathotkaca, beristeri Nagagini beranak Antareja, dan beristeri Urangayu beranak Antasena. Arjuna beristeri Sumbadra, Srikandi dan Larasati (Rarasati), Ulupi, Gandawati, Dresanala, Supraba, Partawati, Srimendang dan beberapa isteri lain yang tidak disebut namanya, tetapi disebut anaknya. Anak Arjuna yang sering disebut-sebut dalam cerita yaitu: Abimanyu, Irawan, Wisanggeni, Pergiwa dan Pergiwati. Nama-nama tokoh anak Arjuna yang lain yaitu: Bambang Srigati, Bambang Nilasuwarna, Bambang Wijanarka, Bambang Tejasuwarna, Bambang Setiwijaya, Bambang Setiwigena, Bambang Manon Manonton, Dewi Gandasasi. Nakula beristeri Soka dan Dewi Suyati, beranak Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati. Sadewa beristeri Padapa dan Dewarsini. Ia beranak Dewakusuma, Dewi Rayungwulan dan Bambang Sabekti. Pandhawa terkenal sebagai tokoh sakti . yudhisthira terkenal pusakanya yang berupa pusaka Kalimasada. Bima terkenal gagah perkasa, teguh sentosa dan mempunyai gada sakti bernama Gada Rujak Polo. Kukunya yang terkenal kuat dan sangat berguna untuk membunuh musuh bernama Pancakenaka. Aji yang berkekuatan luar biasa bernama Jayasangara atau Jalasangara. Arjuna terkenal pandai bermain panah. Panah saktinya bernama Pasupati, Aryasengkali, Sarotama dan Ardhadhali. Keris saktinya bernama Kalanadhah dan Pulanggeni. Nakula dan Sadewa tidak banyak diceritakan kehebatannya, hanya Sadewa yang dekat dengan dewa. ******************************************************************************************************************************************************
Pada suatu hari, Pandawa mengikuti sayembara yang diselenggarakan Raja Drupada di Kerajaan Panchala. Sayembara tersebut memperebutkan Dewi Dropadi. Banyak ksatria di penjuru Bharatawarsha turut menghadiri. Para Pandawa menyamar sebagai seorang Brāhmana. Sebuah sasaran diletakkan di tengah-tengah arena, dan siapa yang berhasil memanah sasaran tersebut dengan tepat, maka ialah yang berhasil mendapatkan Dropadi. Satu-persatu ksatria maju, namun tidak ada satu pun yang berhasil memanah dengan tepat. Ketika Karna dari Kerajaan Anga turut serta, ia berhasil memanah sasaran dengan baik. Namun Dropadi menolak untuk menikahi Karna karena karna anak seorang kusir yang tentu lebih rendah kastanya. Karna kecewa tetapi juga kesal terhadap Dropadi. Para Pandawa yang diwakili oleh Arjuna turut serta. Arjuna berpakaian seperti Brāhmana. Ketika ia tampil ke muka, ia berhasil memanah sasaran dengan baik, maka Dropadi berhak menjadi miliknya. Namun hal tersebut menimbulkan kericuhan karena seorang Brāhmana tidak pantas untuk mengikuti sayembara yang ditujukan kepada golongan ksatria. Arjuna dan Bima pun berkelahi dengan para ksatria di sana, sementara Yudistira, Nakula dan Sadewa melarikan Dropadi ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, Pandawa berseru, “Ibu, kami datang membawa hasil meminta-minta”. Kunti, ibu para Pandawa, tidak melihat apa yang dibawa oleh anak-anaknya karena sibuk dan berkata, “Bagi dengan rata apa yang kalian peroleh”. Ketika ia menoleh, alangkah terkejutnya ia karena anak-anaknya tidak saja membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Kunti yang tidak mau berdusta, membuat anak-anaknya untuk berbagi istri. Para Pandawa sepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang menggangu adalah pembuangan selama 12 tahun. Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para rakshasa. Arjuna yang merasa memiliki kewajiban untuk menolongnya, bergegas mengambil senjatanya. Namun senjata tersebut disimpan di sebuah kamar dimana Yudistira dan Dropadi sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tidak mempedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama 12 tahun. Arjuna menerima hukuman tersebut dengan ikhlas. Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Selama masa pengasingannya, Arjuna memiliki tiga istri lagi. Mereka adalah: Subadra (adik Sri Kresna), Ulupi, dan Citrangada. Dari hubungannya dengan Subadra anaknya bernama Abimanyu. Dengan Ulupi anaknya bernama Irawan. Dengan Citrangada anaknya bernama Babruwahana. ************************************************************************************************************************************************************** Dalam cerita lakon Pandhawa Mukswa semua warga Pandhawa > mukswa / moksa.

PANDHAWA GUBAH

Prabu Duryodana duduk di atas singhasana, dihadap oleh Pendeta Durna, Patih Sakuni dan Adipati Karna. Mereka membicarakan rencana pertemuan dengan Pandhawa. Raja ingin memberikan separuh negara kepada Pandhawa. Dewa kembar utusan Hyang Guru datang, untuk meminta kepada Duryodana supaya mendirikan Bale Kencana bertiang delapanratus. Raja menyanggupinya, akan dicarinya ke hutan Krukmandhala. Dewa kembar kembali ke Kahyangan, pertemuan dibubarkan, raja masuk ke istana. Prabu Duryodana menemui permaisuri, Retna Lesmanawati dan para abdi. Raja bercerita tentang pembicaraan di persidangan. Sementara itu di pagelaran jaba, di Alun-alun, Patih Sakuni dengan Korawa bersiap-siap menghantar kepergian raja ke Hutan Krukmandhala. Kemudian raja berangkat, naik di atas kereta kerajaan. Yudhistira berbicara dengan Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa, tentang rencana penerimaan separuh negara Ngastina. Dewa Kembar datang menyampaikan pesan Hyang Guru, Pandhawa disuruh mendirikan Balai Kencana bertiang delapanratus. Yudhisthira menyanggupinya. Dewa Kembar minta diri, Bima ditugaskan mencari delapanratus tiang ke Singgela Bima telah tiba di Singgela, bertemu dengan Patih Kartabangsa, meminta delapanratus tian kencana. Patih Kartabangsa tidak mengijinkannya. Bima ingin bertemu dengan rajanya, tetapi Patih Kartabangsa tidak memperbolehkan. Maka terjadilah perkelahian, Patih Kartabangsa kalah. Bima bertemu Raja Bisawarna. Raja memberikan delapanratus tiang. Tiang dibawa ke Ngamarta. Anoman melihat delapanratus tiang dibawa Bima, cepat-cepat lari menahannya dan merebutnya. Bima menang dalam perebutan, tiang dibawa pulang. Bathara Guru cemas terhadap kerukunan Pandhawa dan Korawa. Perang Baratayuda mesti tidak akan terjadi. Bathara Citragotra dan Bathara Guritna disuruh turun ke marcapada, menggoda kerukunan Pandhawa dan Korawa. Bathara Citragotra dan Bathara Guritna turun ke marcapada. Masing-masing merasuk dalam diri Dursasana dan Burisrawa. Pandhawa dan Korawa telah hadir di Balai Kencana. Mereka berjanji untuk menerima separuh bagian kerajaan Ngastina, dan tidak akan bermusuhan. Kemudian mereka mengadakan pesta besar bersama. Dalam pesta besar tersebut, Burisrawa menggoda Sumbadra yang dikawal oleh Setyaki. Setyaki marah , Burisrawa dipukulinya. Dursasana menggoda Drupadi sanggul Drupadi lepas. Drupadi marah dan berkata, tidak akan bersanggul bila belum berjamas darah Dursasana. Pertemuan pesta menjadi kacau, Pandhawa mendakwa Korawa mendurhakai perjanjian. Prabu Duryodana menutup pertemuan, Pandhawa meninggalkan Balai Kencana.

PANDHAWA DULIT

Prabu Duryodana duduk di atas singhasana, dihadap oleh Patih Sakuni, Pendeta Durna, Dursasana, Burisrawa, Citraksa dan Citraksi. Raja merundingkan rencana pembunuhan terhadap Bima. Bima akan dimasukkan ke sumur Jalatundha. Sakuni ditugaskan menghadap raja Ngamarta, minta agar Bima datang di Ngastina untuk diangkat menjadi Adipati di Gajahoya. Perundingan selesai, Patih Sengkuni minta diri, Raja masuk ke istana permaisuri. Prabu Duryodana masuk ke istana permaisuri disambut oleh permaisuri. Raja bercerita tentang rencana untuk mengundang para Pandhawa. Kemudian raja bersamadi. Patih Sakuni bersama beberapa warga Korawa berbicara tentang rencana kepergian ke Ngamarta. Setelah siap mereka berangkat. Yudisthira berbincang-bincang dengan Bima, Nakula, Sadewa dan Gathotkaca. Tengah mereka berbincang-bincang, datanglah Patih Sakuni. Patih Sakuni minta agar Bima diperkenankan untuk dinobatkan menjadi Adipati di Gajahoya. Yudisthira dan adik-adiknya menyetujui dan bersama-sama pergi ke Ngastina. Yudisthira sesaudara diterima oleh Duryodana. Bima ditempatkan di Gajahoya. Yudisthira diminta bertempat di Ketandhan, menjadi Lurah Pasar. Nakula dan Sadewa ditempatkan di belakang kerajaan, disuruh menjadi penggembala itik. Arjuna menghadap Bagawan Abiyasa, minta agar sang bagawan menghadiri penobatan Bima menjadi Adipati di Gajahoya. Bagawan Abiyasa tidak bersedia menghadiri penobatan. Arjuna minta diri dan mohon doa restu. Arjuna kembali ke Ngamarta diikuti para Panakawan. Perjalanan Arjuna lewat di tengah hutan. Tiba-tiba dihadang oleh raksasa suami isteri. Terjadilah perkelahian. Raksasa berdua musnah terkena panah Arjuna, kemudian muncul Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih. Arjuna dan Panakawan datang menghormat, Bathara Kamajaya memberi tahu bahwa Duryodana telah menipu saudara-saudara Pandhawa. Setelah memberitahukan hal tersebut, Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih kembali ke Kahyangan. Arjuna meneruskan perjalanan. Dursasana mencoba akan membunuh Dwijakangka, nama lain dari Yudisthira, tetapi gagal. Karena Dwijakangka tidak dapat dilukai dengan jenis senjata apapun. Dursasana melarikan diri, karena merasa tidak mampu membunuh Dwijakangka. Duryodana sedang dihadap oleh para Korawa, Patih Sakuni dan Pendeta Durna. Arjuna datang dengan mengacungkan keris, akan membunuh Duryodana. Pendeta Durna membujuk agar Arjuna menyarungkan kerisnya. Dikatakan, bahwa Bima dikurung di Gajahoya, sebab ia akan dinobatkan menjadi adipati. Banowati menemui Kunthi dan kedua anaknya, Nakula dan Sadewa. Ia menyampaikan suguhan untuk mereka. Duryodana ikut menemui Kunthi dan dua anaknya. Nakula dan Sadewa bangkit marahnya, Duryodana dipukul dengan batu dan mengenai kepalanya. Arjuna menyamar sebagai penjual kinang atau kapur sirih di pasar. Baladewa, Banowati, dan para abdi membeli sirih dengan perlengkapannya. Pendeta Durna menyuruh para Korawa agar mencuri gada Bima. Gada Bima ditunggu oleh Bajobarat. Para Korawa diserang oleh Bajobarat. Para Korawa ketakutan, mereka melarikan diri. Bima dan Arjuna menemui Duryodana. Mereka mendakwa kejahatan Duryodana. Para Korawa mencoba meredakan kemarahan Bima. Terjadilah perkelahian. Bima dan Arjuna dikeroyok oleh para Korawa. Prabu Kresna merelai permusuhan Korawa dan Pandawa. Mereka mengadakan perdamaian. Selanjutnya Pandawa dan Korawa mengadakan pesta perdamaian

FALSAFAH BIMA

Bima adalah tokoh yang memang sejak lahir memilki potensi untuk menjadi manusia sempurna, namun potensi itu tetap hanya akan menjadi potensi tanpa adanya upaya dari Bima sendiri. Bima senantiasa mentauladani sikap hidup sabar. Kesabaran Bima teruji dalam lakon Bima mencari Air kehidupan. Lakon itu membuktikan bahwa Bima bukanlah generasi mie instan. Saat ini kita sebagai generasi muda terlalu banyak makan mie instan, saatnya kita memberdayakan diri, salah satunya dengan mentauladani Bima guna membangkitkan Ruh Kejayaan Nusantara. Berikut ini beberapa simbol ketauladanan Bima yang dikenakan sebagai busana oleh Bima.
Sumping Pundhak Sinumpet : yang artinya Bima selalu menguasai ilmu kesempurnaan hidup syariat, tarikat, hakikat, makrifat, tetapi tidak pernah menyombongkan diri, dia sering pura-pura bodoh. Hal itu karena di dalam diri Bima telah tumbuh tanaman cinta Mohabbat. Mohabbat merupakan buah dari syariat, tarikat, hakitat dan marifat. Meski telah menemukan pencerahan Bima tidak menganggap dirinya sebagai seorang Spiritualis hebat yang sibuk mengatai-ngatai mereka yang masih dalam perjalanan yang konon khabarnya ada di cakra tengah kebawah adalah spiritual palsu. Bima juga tidak menyombongkan diri dengan mempertontonkan cakra mata ketiganya, tidak!, Bima tetap rendah diri, terkadang Bima berpura-pura bodoh. Pupuk Mas Rineka Jarot Asem : yang artinya Bima mempunyai watak budi pekerti yang luhur dengan selalu mengasah kebenaran dan pengetahuannya. Think and Re-Thingking itu lah Bima, Bima selalu mengeplorasi, selalu tumbuh tidak menutup diri. Bima senantiasa siap belajar segala sesuatu, syarat agar manusia dapat terus belajar adalah kerendahan diri. Bagaimana jika diri sudah merasa paling benar dan paling tahu dapat belajar ?. Saat ini ada sebagian kecil yang ingin menutup pintu ijtihad dengan mengkopi apa-apa yang ada di jaman Rasul, dengarkanlah bung Karno yang sudah melihat bahwa uapaya-upaya untuk mematikan pintu itijhat akan berdampak kemunduruan dalam segala bidang termasuk keagamaan dan spiritualitas. “Siapa yang mukannya angker, siapa yang tangannya bau kemenyan, siapa yang matanya dicelak dan jubahnya panjang dan mengenggam tasbih yang selalu berputar, dia, dialah yang kita namakan Islam. Astagfirullah! Inikah Islam ? Inikah Agama Allah ? Yang menghafirkan pengetahuan dan kecerdasan, mengkafirkan radio dan electriciteit, mengkafirkan kemoderenan dank e up-to-date-an?. Yang mau tinggal dimusium saja, tinggal kuno saja, tinggal terbelakang saja, tinggal ‘naik onta’ dan ‘makan zonder sendok’ saja seperti jaman Nabi dan Khalifahnya?” Bima tidak pernah menutup pintu itijhat, Bima selalu beritijhat karena Bima menyadari bahwa segala sesuatu sedang bergerak dan Bima harus ikut bergerak termasuk pengetahuan dan kesadarannya. Oleh karenanya Bima tetap hidup hingga saat ini, karena Bima adalah semangat pemuda-pemudi Indonesia. Gelang Minangkara Cinandhi Rengga Endhek Ngarep Dhuwur Mburi : yang artinya senantiasa waspada terhadap dirinya sebagai hamba yang harus pasrah dan berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan yang Tunggal, bukan konsep tuhan yang terpecah-pecah. Melainkan Tuhan Yang Tunggal, banyaknya agama sedang menuju ke Tuhan yang Tunggal ini. Bima sudah tidak mengkotak-kotakan manusia kedalam golongan cakra tengah kebawah atau cakra mata ketiga keatas. Bima merasakan kesatuan dari setiap cakra, bahwasanya setiap cakra adalah seperti detak jarum jam yang saling berhubungan. Bahwasanya setiap agama, adalah jalan adalah aliran sungai kehidupan yang sedang menuju samudera Illahi Yang Maha Esa dan Maha Tunggal.
“Nandur pari jero”
adalah suatu sikap yang sudah seharusnya mengakar dalam pribadi generasi muda Indonesia. Maksud dari ungkapan itu adalah menanam padi yang dalam dan lama waktunya membutuhkan ketelatenan, kesabaran, waktu dan biaya yang akhirnya menghasilkan padi yang lezat rasanya. Sikap mental seperti itulah yang harusnya menjadi akar bagi Insan Indonesia.
*********************************************************************************************************************************************************** Gandamana mengeluh lirih. Pusaka pancanaka yang berujud kuku dengan lembut telah melesak di dadanya. Benarlah apa yang diduga sebelumnya bahwa seorang berpakaian brahmana yang menjadi lawannya adalah Bima, salah seorang trah Bayu yang mempunyai pusaka andalan pancanaka. Gandamana telah terluka, namun tidak ada rasa sakit di tubuhnya. Ia masih mencoba untuk berdiri gagah dan tegar, namun usahanya tidak berhasil bahkan badannya yang tegap mulai menjadi lunglai. Pandangannya menjadi redup dan kabur. Ia merangkul Bima agar tidak jatuh terjerembab. Bima menyambutnya dengan keharuan. Ada banyak kesamaan diantara keduanya. Bima dan Gandamana adalah orang yang berwatak jujur, prasaja sederhana apa adanya dan mempunyai ketulusan dalam menjalankan tugas. Oleh karena pengabdiannya yang tulus, Gandamana tidak merasa sakit di hatinya juga di sakit di tubuhnya ketika Kuku Bima melesak di dadanya dalam perang tanding sayembara. Ketulusan hati Gandamana itulah yang membuat cara memandang sebuah kematian pada saat menjalankan tugas negara berbeda dengan cara padang pada umumnya. Bagi Gandamana mati dalam tugas di medan laga adalah indah dan mulia. Indah karena ia telah menyelesaiakan tugasnya dengan baik dan sempurna. Mulia karena ia gugur pada saat menjalankan tugas. Kematian seperti yang dialami Gandamana juga dirasa merupakan pembebasan dari kegetiran yang selama ini menerpa hidup Gandamana, berkaitan dengan jabatan Patih. Demikian pulalah Bima. dengan tulus ia menjalani tugas yang diberikan oleh eyang Begawan Abiyasa untuk mengikuti sayembara di Pancalaradya demi kakaknya Puntadewa. Jika sayembara dalam hal memanah yang ditugaskan untuk maju adalah Arjuna. Sedangkan jika sayembara berupa perang tanding maka Bima lah yang ditugaskan untuk mengikuti sayembara. Maka ketika sayembara yang semula diadakan adalah sayembara memanah dan kemudian diteruskan dengan sayembara perang tanding maka Bima lah yang bertugas naik ke panggung sayembara berhadapan melawan Gandamana eyangnya. Sebagai seorang ksatria dalam arena perang tanding menang adalah merupakan pilihan. Dan Bima berhasil memenangkannya, dengan melesakkan pancanaka di dada Gandamana. Tidak ada sakit hati dan kebencian di sana. Yang terjadi adalah ketulusan dalam menjalanan tugas. Walaupun pada akhirnya keduanya mendapatkan hasil yang berbeda, Gandamana dan Bima telah menyelesaikan tugasnya dengan tuntas. Keduanya adalah pahlawan. Bima menjadi pahlawan dikarenakan telah memenangkan peperangan. Sedangkan Gandamana menjadi pahlawan karena ia gugur dalam tugasnya di medan perang. Bima mendekap erat tubuh Gandamana yang mulai dingin dan lemas. Dengan tenaga yang masih tersisa Gandamana mencoba menyambut hangat dekapan Bima. Bima meneteskan air mata. Dengan terbata-bata Bima berkata “maafkan aku Eyang, maafkan.” Gandamana mengangguk-angguk. Tangannya bergetar lemah membelai kepala Bima untuk yang terakhir kali. Bibirnya mengulum senyum tipis tanda kebanggaan atas sebuah pribadi yang jujur, berani, teguh, tangguh dan tulus yang dimiliki oleh Bima cucunya. Berada dalam pelukan Bima, Gandamana merasa tenang dan tentram untuk mengakhiri pengabdiannya, bahkan untuk mengakhiri hidupnya. Bima memperkokoh posisi kakinya agar kuat menyangga tubuh Gandamana yang semakin berat. Kesadaran Gandamana berangsur-angsur surut seiring dengan melemahnya detak jantung dan melambatnya aliran darah. Namun pada sisa kesadaran yang paling akhir Gandamana berniat melepaskan dua aji andalannya yaitu wungkal bener dan bandung bandawasa dan mewariskannya kepada Bima. Gandamana percaya bahwa Bima dapat menggunakan kedua ilmu sakti tersebut untuk memayu-hayuning bawana. Panggung sayembara hening. Demikian pula lautan manusia yang berada di alun-alun Pancalaradya. Semuanya diam. Bahkan angin pun berhenti bertiup untuk sesaat. Semua memberi penghormatan terakhir kepada Gandamana sang pahlawan Pancalaradya. Bersamaan berhentinya nafas Gandamana, matanya menutup untuk selamanya. Tidak ada tugas lagi yang diembannya. Ia beritirahat dalam damai Ana tangis rayung-rayung tangise wong wedi mati gedhongana kuncenana wong mati mangsa wurunga. Ada tangis mengharukan tangisnya orang yang takut mati walaupun di masukan di gedung dan dikunci orang mati tidak mungkin dibatalkan Gandamana telah mati. Gugur di medan laga. Namun semangat pengabdiannya, keberanian dan kejujuran serta ketulusan hatinya juga kesaktiannya telah diwarisi oleh Bima orang nomor dua dari Pandawa Lima, anak Prabu Panndudewanata. ***************************************************************************************************************************************************

JAGAD WAHYU

"WAHYU" adalah sebagai sarana POSITIF KONSTRUKTIF. Wahyu untuk membangun fisik negara, tata tertib, rumah tangga, membangun moral, jiwa, rohani, dan budi pekerti & DIRI... dan siapakah umat yang diperkenankanNya? Siapa umat yang akan menjadi pemilik "Wahyu"!? (tentu perlu diamati atau bisa jadi lepas dari pengamatan). Siapa yang tidak tergiur mendapatkan wahyu atau berkat khusus untuk bisa menjadi raja bagi seluruh umat manusia di bumi? Banyak orang mungkin akan berlomba-lomba mencari dan merebut berkat itu. Tetapi, sayangnya berkat atau wahyu tidak bisa diperoleh sembarangan. Hanya orang tertentu yang mampu mendapatkan wahyu itu. Biasanya, Tuhan memberi wahyu pada orang yang memiliki hati bersih dan berbudi luhur. Cobaan, godaan, dan tantangan hidup harus bisa dilalui oleh setiap orang yang ingin mendapatkan wahyu. Jadi, tidak mudah untuk mendapatkannya!!!
**************************************************************************************************************************************************************** Ada beberapa contoh lakon Wahyu dalam pewayangan di dintaranya Wahyu Cakraningrat, Wahyu Purbasejati, Wahyu Makutha Rama, Wahyu Senapati. Akan tetapi masih banyak lakon atau cerita wahyu selain ke -4 contoh di atas dan cerita wahyu tersebut dikarang oleh para dalang sendiri yang judulnya sangat menarik para konsumen, misalnya Wahyu Pangayoman, Wahyu Pancasila, Wahyu Pancajasmani, Wahyu Toh Jali dan lain-lainnya... Wahyu Cakraningrat Abimanyu (Sanskerta: abhiman’yu) adalah seorang tokoh dalam perang Bharatayuda. Ia adalah putera Arjuna dengan Subadra, adiknya Sri Krishna. Abimanyu berasal dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi, berani dan man’yu, karakter. Abimanyu berarti “Ia yang memiliki karakter tak kenal takut” atau “Sang Pemberani”….. Wahyu Cakraningrat adalah wahyu “wijining ratu”, wahyu pewaris raja. Alkisah banyak pemuda mencari wahyu cakraningrat agar keturunannya dapat menjadi raja. Disebutkan ada tiga pemuda yang mencari wahyu cakraningrat: Abimanyu, putra Arjuna dengan Subadra; Samba, putra Prabu Kresna dengan Dewi Jembawati; dan Lesmana putra Prabu Duryudana dengan Dewi Banowati. Dikisahkan ketiganya bertapa di Alas Krendhawahana, sebuah hutan angker tempat Bathari Durga bersemayam, makhluk apa pun yang masuk akan mati. Abimanyu berangkat ke lokasi dikawal oleh panakawan: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Samba dikawal oleh pamannya, Setyaki dan Patih Dworowati, Udawa. Lesmana dikawal oleh sepasukan prajurit Kerajaan Hastina, lengkap dengan perbekalan dan persenjataan. Pertama kali Abimanyu ditakut-takuti para jin yang mengganggu orang-orang yang bertapa. Ini adalah gambaran leluhur sebagai lambang bahwa seseorang yang menempuh laku akan ditakut-takuti kecemasan batin akibat diteror. Abimanyu tetap tenang sampai jin pergi sendiri. Selanjutnya muncul sepasang raksasa yang mengamuk bernama Maling Raga dan Maling Sukma. Kedua raksasa itu pun berperang tanding melawan Abimanyu. Keduanya tewas terkena panah sakti Abimanyu. Jasad Maling Raga berubah menjadi Bathara Indra, dan jasad Maling Sukma berubah menjadi Bathara Kamajaya. Kedua dewa itu pun memberikan banyak petuah, bagaimana caranya agar Abimanyu berhasil mendapatkan Wahyu Cakraningrat. Pada suatu tengah malam, terlihat seberkas sinar yang sangat terang berkeliling di atas Alas Krendhawahana. Sinar itu tak lain adalah Wahyu Cakraningrat yang tengah mencari “wadah”, pemuda yang sanggup menerimanya. Pertama-tama, Wahyu Cakraningrat “masuk” ke dalam diri Lesmana. Merasa kemasukan wahyu, ia pun menyudahi tapanya. Dia sangat girang dan berpesta pora merayakannya bersama para prajurit Korawa. Mereka mabok kelezatan makanan dan minuman. Tingkat kesadaran Lesmana Mandrakumara masih di cakra bawah, cakra makan minum, sehingga wahyu cakraningrat tidak dapat bertahan lama. Hawa nafsu makan dan minum Lesmana membuat suasana panas dan wahyu ke luar. Kemudian Wahyu Cakraningrat mencoba “masuk” ke dalam diri Samba. Merasa kemasukan wahyu, dia pun menyudahi tapanya. Bathari Durga tidak berkenan dengan hal tersebut dan mengubah dirinya menjadi bidadari yang cantik jelita. Dia pun menggoda Samba. Samba yang tergoda mencumbu dan memperlakukan si wanita itu layaknya istri sendiri. Akibatnya sangat fatal, Wahyu Cakraningrat yang berada dalam tubuhnya seketika keluar dan melesat, mencari pertapa lain. Sri Krishna adalah seorang avatar bijak, akan tetapi genetik yang menurun ke putranya adalah genetik suka wanita, yang menjadi kelemahan Samba. Pusat kesadaran Samba masih di cakra seks, energinya masih cair dan selalu bergerak ke bawah menuju cakra kedua. Selanjutnya, Wahyu Cakraningrat “masuk” ke dalam tubuh Abimanyu. Merasa kemasukan wahyu, putra Raden Arjuna ini pun merasa sangat bersyukur kepada Gusti. Mengetahui momongannya kemasukan wahyu, Semar pun mewanti-wanti agar Abimanyu semakin berhati-hati. Semar adalah pemandu manusia yang bijak, yang mengikuti perintahnya akan selamat. Ketika bidadari jelmaan Bathari Durga menggodanya, Abimanyu pun selalu menghindar meski si wanita terus-menerus mengejarnya. Melihat momongannya dalam kesulitan, Semar segera membantu. Dia menghajar sang Bidadari habis-habisan. Tiba-tiba, si wanita cantik itu berubah wujud aslinya sebagai Bathari Durga yang bersegera mohon maaf dan menghilang. Guru, dalam hal ini Semar, Sang Pemandu mempunyai pengaruh luar biasa terhadap muridnya. Keyakinan seorang murid terhadap Gurunya akan menyelamatkannya. Pada saat itu kesadaran Abimanyu belum sepenuhnya berada pada lapisan kesadaran kasih yang berpusat di cakra keempat. Pada saatnya kesadaran Abimanyu akan meningkat karena selalu di-“momong”, dipandu oleh Semar. Raden Abimanyu telah mempunyai istri Siti Sundari, putri Sri Krishna tetapi tidak punya keturunan. Pada saat Pandawa selesai masa penyamaran selama satu tahun dari masa pengasingannya, Arjuna menjodohkan Abimanyu dengan Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja Wirata agar koalisi Pandawa bertambah kuat. Saat perang Bharatayudha berlangsung, Dewi Utari sedang hamil yang nantinya sang bayi akan lahir sebagai Parikesit, yang nantinya akan menjadi Raja Hastina menggantikan Yudistira. Konon ketika Abimanyu masih dalam kandungan Subadra, ibunya, dia dapat mendengar pembicaraan Ayahandanya dengan Sri Krishna, kakak dari ibunya. Sri Krishna sedang menguraikan formasi pasukan chakrawyuha. Sayang belum sampai selesai sang ibu ketiduran, sehingga Abimanyu lahir dan menguasai formasi tempur chakrawyuha, akan tetapi karena ibunya ketiduran maka, dia belum mengetahui cara melepaskan diri dari jerat chakrawyuha. Pada hari ke-13 perang Bharatayudha, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sebagai chakrawyuha. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Sri Krishna dan Arjuna tahu bagaimana cara mematahkan formasi tersebut. Namun, pada hari itu, Sri Krishna dan Arjuna sibuk bertarung dengan laskar Samsaptaka. Oleh karenanya Pandawa memilih Abimanyu yang memiliki pengetahuan tentang formasi chakrawyuha. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tidak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka akan membantu Abimanyu. Abimanyu menggunakan kecerdikannya untuk menembus formasi tersebut. Pandawa mencoba untuk mengikutinya di dalam formasi, namun mereka dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang mampu menahan para Pandawa. Sehingga Abimanyu ditinggal sendirian untuk menangkis serangan pasukan Korawa. Abimanyu membunuh beberapa ksatria yang mendekatinya, termasuk Lesmana, putera Duryudana. Setelah menyaksikan putera kesayangannya terbunuh, Duryudana marah besar dan menyuruh segenap pasukan Korawa untuk menyerang Abimanyu, mengabaikan hukum perang secara ksatria untuk berkelahi satu persatu. Atas nasihat Drona, Karna menghancurkan busur Abimanyu dari belakang. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh. Tanpa menghiraukan aturan perang, pihak Korawa menyerang Abimanyu secara serentak. Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang ia pakai sebagai perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu terbunuh. Dikisahkan bahwa Abimanyu adalah inkarnasi dari putera Soma, Dewa Bulan. Sang Dewa Bulan membuat perjanjian bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun. Abimanyu berusia 16 tahun saat ia terbunuh dalam perang Bharatayuda.
Wahyu Purbasejati
Bila wahyu berupa anugerah dari Sang Hyang Maha Wenang, maka perlu dijelaskan bahwa kata Purba artinya kuasa dan sejati berarti yang sesungguhnya. Jadi Wahyu Purbasejati berarti anugerah tentang kuasa yang sesungguhnya. Siapa yang mendapatkannya? Jawabannya adalah sama dengan yang mendapatkan wahyu pada cerita-cerita tentang pewahyuan, yaitu seorang yang bhaktinya tinggi, mau melakukan prihatin, bersih hatinya, berusaha mengatasi nafsu jahat yang ada pada dirinya. Lalu dalam cerita Wahyu Purbasejati ini siapa yang mendapatkannya? Di alam penantian (pangrantunan) yang disebut Swarga Pangrantunan dikuasai oleh Prabu Dasasukma yang juga jejuluk Prabu Godhayitma atau Prabu Dasakumara. Prabu Dasakumara sedang dihadap oleh semua punggawa (narapraja) lengkap yang terdiri dari sukma-sukma orang Alengka. Dan pada saat itu, meskipun dalam kondisi berwujud sukma, sang Dasakumara masih menghendaki untuk memperisteri jelmaan Batari Sri Widowati yang telah menjelma pada diri Dewi Wara Sembadra isteri Raden Arjuna. Dewi Wara Sembadra sedang berada di Dwarawati sebab ditinggal pergi suaminya. Raden Arjuna pergi untuk mencari, dan ingin mendapatkan Wahyu Purbasejati yang akan turun di Gunung Jamurdwipa seperti yang diwangsitkan oleh Dewa Hyang Maha Agung. Namun wangsit tentang akan turunnya Wahyu Purbasejati juga didengar oleh umat manusia dari segala penjuru dunia, sehingga pada malam-malam penentuan di bukit Jamurdwipa banyak orang mengharapkan untuk mendapatkan wahyu Purbasejati. Tidak ketinggalan orang-orang Kurawa juga ikut hadir untuk mengharap turunnya Wahyu Purbasejati demi kesejatian Prabu Duryudana sebagai raja di negara Astina. Dengan kehadiran Raden Arjuna di malam menjelang turunnya wahyu di bukit Jamurdwipa, sekian ribu orang itu semua tertidur dengan pulas sehingga kedatangan Wahyu Purbasejati hanya masuk pada diri Arjuna. Dalam kondisi yang tenang itu, tiba-tiba datanglah Wrekodara yang mencari Arjuna. Setelah bertemu diajak pulang ke negara Amarta. Sampai di Amarta diberitahu bahwa Sembadra dibawa ke Dwarawati dan kini dicuri oleh maling (duratmaka) yang sekarang ini sedang dicari. Tanpa pikir panjang Arjuna terbang ke Dwarawati. Sampai di Dwarawati kebetulan bersamaan dengan datangnya Anoman yang sudah membawa Sembadra kembali. Selanjutnya Anoman menceritakan, bahwa atas keserakahan Kumara Dasamuka yang kini berada di alam Pangrantunan menginginkan Batari Widowati yang menjelma pada diri Sembadra. Sembadra dicuri oleh Raden Begayitma dimasukkan ke kancing gelung. Anoman mengetahui dan mengejar Raden Begayitma. Kemudian Anoman masuk ke dalam kancing-gelung Raden Begayitma (sukma Indrijid) mengambil Sembadra dan dimasukkan dalam kancing gelungnya. Anoman terus mengikuti Begayitma kembali pulang ke alam Pangrantunan. Setelah Begayitma bertemu Godhayitma, kemudian Godhayitma dipersalahkan untuk menemui Dewi Wara Sembadra. Karena keinginannya bertemu amat sangat tidak bisa ditunda lagi, maka Prabu Godhayitma langsung manjing di kancing gelung untuk mengambil Sembadra. Tetapi…, ternyata bukannya bertemu Sembadra melainkan bertemu dengan Wanara Seta atau Anoman, yang langsung menggigit telinga Dasakumara hingga teriak-teriak kesakitan dan menyatakan tidak akan mengganggu lagi.
Wahyu Makutha Rama
Di kaki sebuah gunung yang disebut Wukir Kutha Runggu terlihat debu bertebaran karena tanah yang jarang terkena siraman air hujan. Di musim kemarau yang berkepanjangan dan suhu yang sangat panas itu, bisa mempengaruhi nafsu manusia juga gampang memanas. Dan ketika itu, di tengah-tengah tebaran debu lamat-lamat terlihat beberapa sosok manusia yang beradu jotos. Lama sekali adu jotos itu, mungkin karena sama kuatnya. Tetapi semakin lama semakin nyata dan jelas sekali bahwa kelompok yang bertikai itu adalah orang-orang Hastina melawan Anoman, mantan prajurit dari Ayodya, yang kini menjadi siswanya Bagawan Resi Kesawa Sidhi. Pertapan Wukir Kutha Runggu adalah tempat sanggar Sang Resi Begawan Kesawa Sidhi yang saat ini atas perintah Hyang Dewa Agung untuk menempati sebuah sanggar dan diperkenankan mengajar tentang jalan kebenaran sambil merazia kepada siapa saja yang mau naik ke Wukir Kutha Runggu. Terjadinya adu jotos antara orang-orang Kurawa dengan Anoman di antaranya disebabkan oleh para Kurawa yang memaksa ingin masuk ke wilayah pertapaan Wukir Kutha Runggu. Anoman adalah satu-satunya kelompok bayu yang harus bertugas mengusir mereka. Seorang Adipati Karna ketika melawan Anoman tak mampu mengalahkannya, sehingga ia harus melepaskan panah ampuhnya yaitu Kuntawijayandanu. Melihat situasi yang kurang pas itu, Anoman siap untuk menyambar panah Kunta Wijayandanu. Dan ketika terlihat perjalanan panah itu telah berada di sampingnya, dengan secepat kilat panah itu ditangkapnya. Sekejap setelah melepaskan senjata Kunta Wijayandanunya dan Adipati Karna tahu bahwa Anoman tidak mati, maka heran dan terkejutlah ia, sehingga jatuh pingsan Adipati Karna. Sedangkan Anoman yang merasa menang dan mampu menangkap senjata Kunta Wijayandanu cepat-cepat lapor kepada gurunya yaitu Sang Kesawa Sidhi. Tentu Anoman berpikir bahwa sang guru pasti berkenan kepadanya oleh keberhasilan karya dalam kemenangan itu. Setelah bukti kemenangan itu ditunjukkan, ternyata sang guru menganggap apa yang dilakukan Anoman melawan Adipati Karna itu tidak memperlihatkan karya suci siswa sanggar Kutha Runggu. Anoman menjadi bingung ”Apa lagi kesalahanku?”, pikirnya. Sedang dalam kebingungan, Anoman dipaksa oleh Begawan Kesawa Sidhi harus mengembalikan panah Kunta Wijayandanu kepada pemiliknya. Anoman pun sanggup, dan berangkatlah Anoman menemui Adipati Karna. Sampai di salah satu perempatan jalan Anoman menjadi bingung tidak tahu mana arah selatan, utara, timur dan barat. Di seluruh tempat yang didatangi Anoman pasti dikerumuni kabut (pedut) akhirnya Anoman berhenti di sembarang tempat. Ketika belum lama berhenti, tiba-tiba dikagetkan oleh suara angin ribut yang membersihkan pedut tersebut. Begitu suara angin berhenti, pedut hilang dan udara menjadi terang. Anoman terpental jatuh karena Wrekodara turun (anjlog) di tempat dia berhenti. Anoman marah dan menyalahkan Wrekodara. Tentu saja Wrekodara pun tidak mau disalahkan. Terjadilah selisih paham dan pertengkaran yang dimulai dari mulut hingga menjadi adu fisik dengan sama-sama kuat dan sama-sama sakti. Dalam lakon wahyu Makutha Rama, memang kedua tokoh ini belum saling mengenal. Baru sekali itu mereka bertemu. Maka dalam adu jotos tak ada yang mau kalah. Segala kesaktian yang dimiliki dikeluarkan. Lama mereka berperang tanpa henti, semua kesaktian sudah dikeluarkan hanya aji-aji yang masih mereka miliki. Sekali dua kali ajian-ajian dari kedua belah pihak dipamerkan. Satu sama lainnya tak ada yang takut, tak ada yang khawatir dan tak ada yang mau mundur. Nampaknya setelah terasa capek baru mereka berhenti, sepertinya saling memberi ijin untuk beristirahat barang sejenak. Setelah selesai beristirahat maka mereka bangkit, maksudnya ingin jotosan lagi. Tetapi Anoman berkata ” mengko disik, mengko disik“ ( “Sebentar, sebentar “) yang tentu saja Wrekodara juga tidak meneruskan perkelahian. Akhirnya dengan melihat cara berpakaian yang sama itu mereka menjadi saling mengetahui bahwa kedua-duanya adalah saudara tunggal bayu. Mereka sama-sama anak angkat Hyang Batara Bayu (Dewa Angin). Sudah barang tentu mereka saling memaafkan dan berjanji akan selalu saling membantu di dalam karya-mulianya yang memayu hayuning bawana. Selanjutnya mereka berdua saling menjelaskan tujuannya masing-masing. Anoman menerangkan bahwa ia disuruh oleh Sang Begawan Kesawa Sidhi untuk mengembalikan panah (jemparing) Kunta Wijayandanu kepada Adipati Karna raja Angga (Awangga). Sedangkan Wrekodara disuruh kakaknya yaitu raja Amarta untuk mencari adiknya yang bernama Arjuna. Belum lama mereka berdiskusi datanglah Prabu Baladewa. Kedatangannya atas bisikan Sang Hyang Dewa Agung untuk bersama-sama Arjuna ke puncak Wukir Kutha Runggu. Kemudian Anoman mengantar Sang Baladewa ke puncak Wukir Kutha Runggu. Wrekodara pun ke puncak dengan harapan bisa bertemu dengan orang yang dicarinya, yaitu Raden Premadi atau Raden Arjuna. Dengan melalui ijin Begawan Kesawa Sidhi, Prabu Baladewa bersama Wrekodara langsung naik ke puncak Wukir Kutha Runggu. Anehnya Prabu Baladewa pada saat berada di puncak dia lalu bersemedi dengan bersungguh-sungguh. Raden Wrekodara yang kemudian hanya tinggal sendirian merasakan dunia pada saat itu menjadi gelap dan dingin, sehingga situasi dan kondisinya sangat menakutkan. Raden Wrekodara terjatuh dan pingsan. Namun tiba-tiba turunlah dari angkasa cahaya terang menyinari puncka Wukir Kutha Runggu. Cahaya itu pecah menjadi dua, yang satu masuk (manjing) pada seorang satriya yang telah bersemedi terlebih dulu. Sedangkan yang satu berbentuk mahkota jatuh pada pangkuan Prabu Baladewa. Dengan peristiwa aneh itu turunlah Raden Arjuna dari atas dan langsung membangunkan kakaknya. Raden Wrekodara segera bangun sembari menutup mata karena silau terkena cahaya Raden Arjuna yang baru saja turun dari puncak yang paling atas. Kemudian cepat-cepatlah ia memberitahu kepada kakaknya itu, bahwa dirinya adalah Arjuna. Selanjutnya dijelaskan bahwa baru saja dirinya menerima wahyu Makutha Rama. Pada waktu itu Prabu Baladewa juga menceritakan bahwa dirinya juga mendapatkan wangsit untuk mengharap wahyu itu. Ternyata dirinya juga mendapatkan meskipun hanya fisiknya saja. Kemudian Arjuna, Wrekodara, dan Baladewa turun ke pertapaan Kutha Runggu, maksudnya menemui Begawan Kesawa Sidhi tetapi sudah tak ada, yang ada adalah Sri Batara Kresna. Sebagaimana akhir dalam lakon wahyu Makutha Rama, Arjuna, Kresna, Baladewa, Wrekodara dipaksa oleh orang-orang Kurawa agar menyerahkan wahyu Makutha Rama. Maka terjadilah perang akhir, di mana orang Kurawa kalah lari terbirit-birit kembali ke Hastina. Anoman pun sudah mengembalikan senjata Kunta Wijayandanu kepada Adipati Karna. Wahyu Senapati Boma merasa menjadi putra Batara Kresna raja di kerajaan Dwarawati. Dia memohon kepada ayahnya yang adalah titisan Batara Wisnu, agar Wahyu Senapati dapat dimilikinya. Tetapi bagaimanapun itu bukan kewajiban Kresna (Wisnu), maka ia tidak sanggup. Boma raja di kerajaan Trajutrisna itu tetap merayu dan mendesak agar Wahyu Senapati bisa dipegang dan dimilikinya. Karena bujuk rayu Boma maka Sri Kresna terpaksa menyanggupi untuk mengusahakan. Tetapi wahyu itu merupakan kepastian Sang Hyang Wenang Jagad, dan si orang yang menginginkannya tentu harus melakukan prihatin, suci, berbuat adil, tidak jahat dan suka menolong. Nah.., apakah Boma memenuhi sayarat bagi ketentuan laku itu? Maka nekatlah Boma menuju ke hutan di tempat Sang Gathotkaca bertapa. Dikisahkan pula tentang Raden Antareja yang mengamuk, karena ingin membunuh adiknya yaitu Gathotkaca. Keinginan Raden Antareja tersebut karena hasutan Patih Sengkuni. Patih Sengkuni menyatakan bahwa Antareja-lah yang punya hak untuk menjadi senapati bukan Gathotkaca. Oleh sebab itu hanya Antareja yang pantas mendapatkan dan memiliki Wahyu Senapati. Terjadilah peperangan antara Antareja dengan Gathotkaca. Namun sekalipun Gathotkaca tak akan membalas. Semar melerai dan menjelaskan permasalahan yang sebenarnya. Akhirnya Wahyu Senapati menjadi milik Gathotkaca.

13 Maret 2012

Abdullah bin Salam

Dari Muhammad bin Kaab, bahwa Rasulullah SAW, bersabda : "Bahwa orang yang pertama sekali masuk dari pintu ini adalah seorang lelaki yang termasuk penghuni surga". Lalu Abdullah bin Salam memasukinya, maka beberapa orang dari sahabat berdiri menyambutnya dan memberitahukan demikian kepadanya sambil berkata : "Beritahukan kepada kami, sebaik-baik amal perbuatan yang kau berharap darinya". Abdullah bin Salam berkata, "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah yang lemah, dan sebaik-baik sesuatu yang aku berharap darinya kepada Allah ialah selamatnya apa yang ada di dalam dada dan meninggalkan apa yang tidak penting bagiku".
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya hadits dari Aban, ia berkata: Aku sedang berada di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu datang seorang pendeta Yahudi. Ia berkata, "Salam sejahtera kepadamu Wahai Muhammad." Mendengar salamnya, Aban langsung mendorongnya. Ia pun jatuh tersungkur dan nyaris pingsan. Ia berkata, "Kenapa Anda mendorongku seperti itu?" Aku berkata, "Kenapa Anda tidak mengatakan, 'Wahai Rasulullah'.?" Pendeta Yahudi itu berkata, "Sesungguhnya aku memanggilnya dengan nama yang diberikan keluarganya." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya nama yang diberikan keluargaku kepadaku adalah Muhammad!" Pendeta Yahudi tadi berkata, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan beberapa hal." Beliau berkata, "Apakah ada gunanya bagimu kalau aku menjawab pertanyaanmu ?" Maka dia menjawab, "Aku akan mendengarkan dengan kedua telingaku." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memotong kayu yang beliau bawa dan bersabda, "Silahkan bertanya !" Pendeta Yahudi bertanya, "Di mana manusia berada ketika bumi ini diganti dengan bumi yang lain?" Beliau menjawab, "Mereka berada pada dzulmah (kegelapan)." Dia bertanya lagi, "Siapakah orang yang pertama kali lolos pada Hari Kiamat ?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Orang-orang fakir dari kalangan kaum Muhajirin." Pendeta Yahudi tadi bertanya, "Apa hidangan untuk mereka ketika mereka masuk surga ?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Seketul daging pada hati ikan paus." Pendeta Yahudi bertanya, "Apa makanan siang mereka setelah itu ?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Disembelihkan untuk mereka sapi jantan surga yang makanan sehari-harinya adalah rumput surga." "Apa minuman mereka ?" Tanya si Yahudi lagi. Dijawab oleh beliau, "Dari mata air yang bernama Salsabila." Pendeta Yahudi itu berkata, "Anda benar !" Lalu katanya, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan masalah yang hanya diketahui oleh nabi atau satu atau dua orang saja.!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Adakah kegunaan bagimu kalau aku berbicara denganmu ?" Dia menjawab, "Aku akan mendengarkan perkataan Anda dengan kedua telingaku." Pendeta Yahudi itu melanjutkan, "Aku ingin menanyakanmu tentang proses pembentukan bayi." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Sperma laki-laki berwarna putih sedangkan sperma wanita berwarna kuning. Jika kedua sperma tersebut bertemu, kemudian sperma laki-laki berada di atas sperma wanita, maka kedua sperma tersebut membentuk anak laki-laki dengan izin Allah Ta'ala. Sebaliknya jika sperma wanita berada di atas sperma laki-laki, maka kedua sperma itu membentuk anak wanita dengan izin Allah Ta'ala." Pendeta Yahudi tadi berkata, "Anda benar dan tidak ragu lagi bahwa anda adalah seorang nabi." Setelah itu dia menyelonong keluar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pendeta Yahudi tadi banyak (bertanya) masalah kepadaku sementara aku tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang masalah-masalah yang ditanyakan sehingga Allah Azza wa Jalla datang membawa jawaban masalah-masalah tadi." (Diriwayatkan Muslim)
Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang diciptakan ALLAH SWT. Dia tidak diciptakan langsung begitu saja, tetapi mengalami beberapa proses dan dikerjakan oleh malaikat atas perintah ALLAH SWT. Dikisahkan dalam beberapa hadits, ketika ALLAH SWT mengutus malaikat Jibril kebumi untuk mengambil segenggam tanah, bumi berkata, “Aku berlindung kepada ALLAH yang telah mengutusmu untuk mengambil dariku sesuatu yang didalamnya akan ada bagiannya api.” Kemudian Jibril kembali kepada Tuhannya tanpa membawa apa-apa. Kemudian ALLAH SWT mengutus Malaikat Maut untuk pergi ke bumi dan bumipun berkata; “Aku berlindung kepada ALLAH agar malaikat maut jangan sampai mengambil sesuatu darinya.” Lalu malaikat maut berkata ;”Dan aku juga berlindung kepada Allah jangan sampai aku durhaka kepada-Nya.” Akhirnya malaikat maut mengambil tanah dari empat penjuru bumi. Tanahnya terdiri dari tanah yang berkualitas unggul, tanah yang asin, tanah lumpur, tanah yang halus, tanah liat yang merah dan dari tanah yang areanya tidak rata. Dengan sebab itu maka keturunan Adam AS berbeda-beda sosok dan corak warna kulitnya. Setelah mengambil tanah, malaikat maut kembali kelangit, lalu Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk melembabkan tanah tersebut dan membiarkannya agar mengalami peragian. Malaikat maut kemudian mengadonnya dengan air yang pahit, air yang manis dan air yang asin hingga tanah itu menjadi lembab dan menjadi seperti lumpur kembali. Kemudian dibiarkan mengalami proses peragian. Kemudian Allah SWT menyuruh Jibril untuk membawakan Malaikat Maut segenggam unsur putih yang ada dijantung bumi yang mana unsur putih ini menyilaukan mata.Unsur putih inilah yang akan menjadi Nabi-Nabi. Dengan disertai para malaikat, maka Jibril turun kebumi dan mengambil segenggam tanah dilokasi yang sekarang menjadi makam Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu tanahnya putih murni.Tanah putih ini diadoni dengan air mulia dan dirawat seperti mutiara yang berwarna putih. Kemudian dicelupkan kedalam semua sungai yang ada disyurga. Adonan ini mengeluarkan 124.000 tetesan.Dan Allah menjadikan tetesan tersebut menjadi 124.000 Nabi. Dan cahaya para nabi tersebut berasal dari cahaya Muhammad. Setelah itu oleh para malaikat dibawanya keliling langit dan bumi sehingga para malaikat jadi tahu bahwa ini adalah Muhammad. Bahkan sebelum mereka mengenal Adam. Setelah itu dibentuk dengan cetakan Adam,kemudian dibiarkan selama 40 tahun lagi hingga menjadi seperti lempung yang dibakar.Lempung yang kering akan mengeluarkan bunyi bila dipukul dengan tangan. Abdullah bin Salam bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimana penciptaan Adam.Rasulullah berkata; “Kepala dan dahi diciptakan dari tanah Ka’bah,dada dan punggungnya dari tanah Yerussalem,pahanya dari tanah Yaman,kakinya dari tanah Mesir dan Hijaj(sekarang Arab Saudi),tangan kanannya dari timur bumi dan tangan kirinya dari barat bumi(Timur dan Barat Ka’bah). Kemudian Allah SWT menempatkannya digerbang surga. Kapanpun sekelompok malaikat lewat,mereka terkagum dan terpesona melihat keindahan bentuk dan postur tubuhnya. Para malaikat belum pernah melihat sesuatu yang seperti itu atau sesuatu yang mendekati keindahannya. Ketika Iblis melewatinya, iblis bertanya; “Apa tujuan kamu diciptakan?” Kemudian Iblis memukulnya,dan Iblis menyaksikan bahwa ada bagian yang berlubang pada tubuh tersebut. Lalu Iblis lewat ke dalam tubuh tersebut lewat mulutnya, kemudian keluar dari bagian yang lain. Lalu Iblis berkata pada para Malaikat; “Ini adalah salah satu makhluk berlubang yang tak dapat berdiri dan juga tak dapat mempertahankan keutuhannya.” Iblis bertanya kepada para malaikat; “Misal saja sesuatu ini lebih dimuliakan ketimbang kalian, maka apa yang akan kalian lakukan?” Para malaikat berkata, “Kami akan mentaati perintah Tuhan kami.” Iblis berkata pada dirinya sendiri; “Demi Allah! Jika sesuatu ini lebih dimuliakan daripada aku,maka aku akan menggugatnya dan menentangnya. Namun kalau aku lebih dimuliakan daripada sesuatu itu,maka aku akan binasakan sesuatu itu.” Demikian hadits tersebut menjelaskan. Menurut seorang ulama bernama Ibnu Ishaq, setelah Allah SWT menciptakan raga Adam, Allah meniupkan ruh kedalamnya. Menurut para ulama, ketika hendak meniupkan ruh kedalam Adam, Allah menyuruh ruh itu masuk melalui mulutnya, kemudian ruh itu mengatakan; “Ini merupakan sebuah pintu masuk yang dalam lagi gelap.” Allah SWT kembali menyuruhnya dan jawaban ruh tetap seperti itu. Kejadian yang sama berlangsung 3 kali. Pada yang keempat kalinya, Allah SWT berfirman; “Masuklah kedalamnya meskipun kamu tidak suka dan keluarlah darinya seperti itu juga.” Setelah itu ruh masuk kembali melalui mulut. Sekali ruh ditiupkan kedalam Adam, maka yang pertama-tama dilaluinya adalah otaknya dan menetap dalam otak selama 200 tahun menurut perhitungan dunia. Kemudian ruh turun ke mata Adam,lalu turun kelubang hidung dan adampun bersin. Setelah bersin ruh turun kemulut dan lidah. Lalu Allah mengajarkan kepada ruh untuk mengucapkan, “Alhamdulillahi robbil ‘alamin.” Lalu Allah SWT merespon dengan kalimat; “YarhamakuRobbuka yaa Adam li Rohmati kholaqtuka.” Dan Allah SWT berfirman, “Wahai Adam! Kamu telah memanjatkan pujian untuk-Ku. Demi kemuliaanKu kalau saja bukan karena ke dua hambaKu yang akan Aku ciptakan pada akhir zaman, tentu sama sekali Aku tidak akan menciptakanmu.” Adam berkata; “Wahai Tuhan, demi kedudukan mereka disisiMu,siapakah mereka itu?” Allah SWT berfirman, “Wahai Adam! Lihatlah kearah Arsy!” Lalu Adam melihat Arsy dan terlihat 2 garis cahaya. Garis yang satu bertuliskan; “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Nabi Pembawa Rahmat dan beriman kepada kepada Allah adalah kunci menuju surga.” Sedangkan garis kedua terbaca; “Aku akan bermurah hati dan mencurahkan rahmat kepada semua yang menerima wilayahnya (mengakui kepemimpinan mereka dan mencintai Muhammad SAW ) dan akan menurunkan siksaan atas siapa saja yang menentang mereka.” Kemudian ruh turun kedada dan tulang rusuknya. Lalu Adam mencoba untuk berdiri namun tidak dapat. Ketika ruh sampai perut Adam merasa lapar setelah itu ruh menyebar keseluruh tubuh. Lalu Allah memberinya kuku. Nabi Adam pun kian hari kian rupawan. Allah SWT memerintahkan malaikat untukmenghiasi Adam dengan hiasan-hiasan, pakaian dan perlengkapan dari surga. Dari tulang-tulang sendi Adam memancar cahaya seperti sinar matahari. Allah SWT memerintah malaikat agar Nabi Adam AS dibawa diatas bahu dan diperintahkan untuk dibawa keliling langit. Para malaikat membawa Adam berkeliling selama 100 tahun. Ketika Nabi Adam AS melewati sekelompok malaikat, Adam mengucapkan, “Assalammu ‘alaikum wahai malaikat Allah!” Para malaikat menjawab; “Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh!” Allah SWT berfirman; “Wahai Adam! Beginilah ucapan salam kamu dan ucapan salam orang yang beriman dari kalangan keturunanmu kepada satu sama yang lainnya sampai hari kiamat.” Kemudian Allah SWT mengajarkan nama segala sesuatu. Semua para malaikat sujud/menghormati Adam kecuali Iblis. Setelah itu Adam AS tinggal di surga. Sampai akhirnya Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk kiri Adam AS pada hari Jum’at. Maka Adam dan Hawa tinggal disana sampai mereka dikeluarkan dari surga karena tidak menuruti perintah Allah (melanggar larangan Allah SWT untuk tidak memakan buah khuldi). Mereka keluar dari surga setelah Maghrib. Pelanggaran perintah yang dilakukan Adam AS bukan suatu dosa tapi merupakan suatu ujian yang tidak lulus yang menyebabkan kedudukan derajatnya sebagai Nabi menjadi lebih rendah. (Wallahu Alam bishawab) Dalam Shahih Bukari diriwayatkan hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Bahwa Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah. Abdullah bin Salam ketika itu sedang berada di perkebunan kurma tengah memanen kurma. Lalu ia mendatangi beliau dan berkata, "Aku ingin bertanya kepadamu tentang tiga perkara dan hanya nabi yang bisa menjawab pertanyaan tadi.! Apa tanda-tanda pertama terjadinya Hari kiamat ? Apa makanan pertama kali penghuni surga ? Seorang bayi itu meniru ayahnya atau ibunya ?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jibril belum lama memberitahu aku semua hal di atas." Abdullah bin Salam berkata, "Jibril ?" Kata Beliau lebih lanjut, "Ya betul, Jibril. Dialah malaikat yang paling dimusuhi orang-orang Yahudi." Kemudian beliau membaca ayat, "Katakanlah, 'Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah' (QS. Al-Baqarah (2): 91). Tanda-tanda pertama Hari Kiamat adalah api yang menghimpun seluruh manusia dari timur hingga barat. Makanan pertama kali di makan penghuni surga adalah seketul daging pada hati ikan paus. Jika sperma laki-laki lebih dahulu masuk daripada sperma wanita, maka lahirlah anak laki-laji dan jika sperma wanita lebih dahulu masuk daripada sperma laki-laki, maka membentuk anak wanita." Abdullah bin Salam berkata, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan saya bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Ya, Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum yang susah dipegang ucapannya.. Jika mereka mengetahui ke-Islamanku sebelum engkau bertanya kepada mereka, pasti mereka tidak mempercayaiku." Tidak lama kemudian datanglah orang-orang Yahudi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bertanya kepada mereka, "Bagaimana kedudukan Abdullah bin Sallam di kalangan kalian ?" Mereka menjawab, "Abdullah bin Sallam adalah orang terbaik yang kami miliki dan anak yang terbaik yang kami miliki. Ia adalah tokoh kami dan anak tokoh kami." Kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Bagaimana pendapat kalian kalau Abdullah bin Salam masuk Islam.?" Mereka menjawab, "Semoga Allah menjauhkannya dari masuk Islam." Kemudian Abdullah bin Salam keluar dan berkata, "Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Orang-orang Yahudi tadi berkata, "Engkau adalah orang yang paling jelek yang kami miliki dan anak orang yang paling jelek yang kami miliki." Mereka semua merendahkan martabat Abdullah bin Salam. Abdullah bin Salam berkata, "Inilah yang saya khawatirkan wahai Rasulullah." (Diriwayatkan Bukhari)
Abdullah bin Salam awalnya adalah seorang pemimpin agama Yahudi di Madinah. Sebagai seorang pemimpin agama Yahudi, Ia mengetahui isi kandungan dari Taurat. Oleh karena itu, Ia mengetahui akan hadirnya nabi terakhir, setelah kedatangan Nabi Muhammad kemudian ia memeluk agama Islam. Ia juga mengajak kaumnya untuk mempercayai kerasulan Nabi Muhammad, tapi kaumnya menolak dan menganggap Abdullah bin Salam sebagai pembohong, karena memeluk agama Islam. Al Husayn ibn Sailam (Abdullah bin Salam) adalah seorang rabbi Yahudi di Yastrib (Madinah) yang dihormati dan disegani di kota itu baik dikalangan orang Yahudi maupun bukan. Pada kurun waktu yang cukup lama, kesehariannya dia beribadah, mengajar dan berkhotbah di kuil (sinagog). Selanjutnya dia bertekad untuk mengabdikan diri mendalami kitab Taurat, dalam pengabdiannya itu dia terpaku dan selalu terngiang pada beberapa ayat dalam kitab Taurat yang meramalkan tentang kedatangan seorang nabi yang akan melengkapi dakwah nabi-nabi terdahulu. Al Husayn menunjukan ketertarikannya dan segera bergegas ketika mendengar berita tentang kehadiran seorang nabi di Mekkah, Dia berkata: "Ketika saya mendengar kabar kehadiran seorang nabi utusan Tuhan. Saya mulai mengumpulkan informasi dan membuat catatan tentang siapa namanya, silsilahnya, sifat-sifatnya, waktu dan tempat asalnya dan kemudian saya mencocokannya dengan apa yang ada dalam kitab suci kami. Dari catatan yang saya buat itu makin menguatkan keyakinan saya tentang bukti otentik kenabiannya sekaligus membenarkan tujuan misinya. Akan tetapi saya menyembunyikan keyakinan saya itu dari orang-orang Yahudi" Pertanyaan untuk Muhammad Ketika Abdullah bin Salam mendengar kedatangan sang nabi di Medina, dia datang kepadanya dan berkata, "Aku akan bertanya kepada tiga hal yang tak seorang pun tahu kecuali seorang nabi. Apakah tanda-tanda pertama dari Hari Akhir? Makanan pertama apa yang dimakan orang di surga? Mengapa seorang anak mirip ayahnya dan mengapa saudaranya mirip pamannya?" Muhammad pun menjawab, "Jibril baru saja memberitahuku tentang jawaban-jawabannya." Abdullah berkata, "Dia (Jibril), dari seluruh malaikat-malaikat adalah musuh kaum Yahudi." Muhammad berkata, "Tanda pertama Hari Akhir adalah akan ada api yang menyatukan orang-orang dari Timur dan Barat. Makanan pertama orang di surga adalah hati ikan. Tentang anak yang mirip orang tuanya, jika seorang pria berhubungan seks dengan istrinya dan mencapai orgasme lebih dahulu, anaknya akan mirip dia dan jika istrinya mencapai orgasme telebih dahulu, maka anaknya mirip sang istri." Percakapan dengan penduduk Yastrib Pada tahun 622 Muhammad s.a.w meninggalkan Mekkah menuju Yastrib. Ketika sampai di Yastrib dan berhenti di Quba, Seseorang dengan tergesa-gesa memasuki kota, berseru mengabarkan kedatangan Muhammad s.a.w. Saat itu saya sedang mengerjakan sesuatu diatas pohon kurma. Bibi saya Khalidah binti al-Harith sedang duduk dibawah pohon. Begitu mendengar kabar itu, saya berteriak: "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" waktu bibi saya mendengar teriakan takbir saya itu, dia mengecam "Semoga Tuhan menyusahkan kamu. Demi Tuhan kalau seandainya yang kamu dengar itu berita kedatangan Musa pasti kamu tidak akan sesenang itu". "Bibi, Dia itu sungguh utusan Tuhan. Saudara Musa dan mengikuti agamanya, dia diutus untuk misi yang sama dengan Musa". Dia terdiam lama kemudian berkata "Apakah dia itu nabi yang pernah kamu katakan pada kami yang akan membenarkan kebenaran dakwah para nabi terdahulu? dan menggenapi firman Tuhan?", Jawab saya "Ya". Tanpa ragu-ragu atau menunda saya pergi untuk menemui nabi. Saya melihat kerumunan orang banyak di pintu rumahnya, saya lewati kerumunan itu hingga berada didekatnya. Ucapan pertama yang saya dengar darinya: "Wahai saudara-saudara sekalian, Tebarkan salam, Beri makan mereka yang kelaparan, Dirikanlah salat malam hari saat orang terlelap, maka kalian akan masuk surga dalam damai". Saya menghampiri dia, dari dekat mengamati dirinya dengan seksama dan diyakinkan oleh wajahnya bukanlah seorang pendusta, lalu saya mendekatinya dan menyatakan keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah. Nabi menatap saya dan bertanya: "Siapa namamu?" jawab saya: "Al Husayn ibn Sailam", "Sekarang namamu diganti jadi Abdullah bin Salam" katanya, memberikan nama baru buat saya. "Ya saya setuju, Abdullah bin Salam (memang seharusnya begitu). Demi Dia yang telah mengutus engkau dalam kebenaran, saya tidak berniat memiliki nama lain setelah hari ini". Saya pulang kerumah dan memperkenalkan Islam kepada istri, anak-anak dan semua orang di rumah termasuk bibi Khalidah yang sudah lanjut usia tapi saya meminta mereka menyembunyikan ke-Islaman kami dari orang-orang Yahudi sampai saya mengizinkan dan mereka setuju. Menyangkut hal tersebut, saya kembali menemui Muhammad dan berkata "Wahai utusan Tuhan! Orang-orang Yahudi itu cenderung suka mencela orang dan berkata dusta, saya minta kamu mengundang orang paling terpandang dan berpengaruh di antara mereka supaya menemui kamu. (Selama pertemuan itu nanti) Mohon kamu sembunyikan saya disalah satu ruangan rumahmu, lalu tanyakan pada mereka tentang bagaimana status saya selama ini di antara mereka (orang Yahudi) sebelum mereka tahu bahwa saya sudah masuk Islam...lalu coba ajak mereka masuk Islam. Kalau mereka tahu saya sudah masuk Islam niscaya mereka akan mencari-cari kesalahan saya, menuduh bahwa saya sepenuhnya salah dan menjatuhkan nama baik saya. Muhammad menyembunyikan dia di salah satu ruangan rumahnya lalu mengundang orang Yahudi terpandang dan berpengaruh ke rumahnya. Dia memperkenalkan Islam pada mereka dan mendesak mereka supaya memiliki keyakinan dalam nama Tuhan... Mereka mulai berdebat dan berargumen tentang hal 'kebenaran'..... Ketika dia menyadari bahwa mereka tidak memiliki kecenderungan pada Islam. Dia memberi pertanyaan pada mereka: "Bagaimanakah status Al Husayn ibn Sailam di antara kalian (orang-orang Yahudi)?" "Dia adalah sayyid (pemimpin) kami dan putra dari sayyid kami, Dia adalah rabbi dan alim ulama kami, putranya rabbi kami yang alim" "Kalau seandainya kalian mengetahui dia telah masuk Islam, Apakah kalian semua mau masuk Islam juga?" tanya Muhammad "Semoga tidak terjadi! Dia tidak mungkin masuk Islam, Semoga Tuhan melindunginya dari masuk Islam" jawab mereka terkejut. Saat itu juga saya keluar menghampiri mereka dengan sedekat-dekatnya dan mengatakan: "Wahai orang-orang Yahudi! Sadarilah akan adanya Tuhan dan terimalah segala risalah yang menyertai Muhammad. Demi Tuhan, kalian semua pasti mengetahui bahwa dia itu utusan Tuhan dan kalian bisa menemukan tanda kenabian pada dirinya, tersebutlah namanya dan sifat-sifatnya dalam kitab Taurat kalian. Demi diri saya sendiri, saya bersaksi bahwa dia utusan Tuhan. Saya memiliki keyakinan tentang dia dan percaya..dia orang yang benar. Saya mengenal dia... "Kamu pendusta!" teriak mereka, "Demi Tuhan, kamu memang mahluk tercela dan tak berarti apa-apa, seburuk-buruk manusia dan tak berguna"...Dan mereka terus mencela dengan kata-kata yang merendahkan. Al-Qur'an mengabadikan dirinya dalam suatu ayat: "Katakanlah,"Terangkanlah kepadaku, bagaimana pendapatmu jika sebenarnya (Al-Qur'an) ini datang dari Allah, dan kamu mengingkarinya, padahal ada seorang saksi dari Bani Israil yang mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur'an lalu dia beriman; kamu menyombongkan diri. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."(46-10)

"THE LAST" > SAW

Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya. Rasulullah SAW dengan suara lemah memberikan hutbah terakhirnya,
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah SAW akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah. “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. Fatimah menahan ledakkan tangisnya. etika Rasullullah s.a.w. mendengar tangisan Fatimah r.a. maka beliau pun berkata:“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah SAW . “Janganlah kamu menangis wahai anakku, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu denganku.” Fatimah-pun tersenyum. Kemudian Rasulullah s.a.w. pun menjemput malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap: “Assalamuaalaikum ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab: “Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang mengunjungiku atau untuk mencabut rohku?” Maka berkata malaikat lzrail: “Kedatangan saya adalah untuk mengunjungimu dan untuk mencabut rohmu, itupun kalau anda izinkan, kalau anda tidak izinkan maka aku akan kembali.” Berkata Rasulullah s.a.w.: “Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?” Berkata lzrail: “Saya tinggalkan Jibril di langit dunia.......” //”Bolehkah aku minta Jibril untuk turun?” Kata Rasulullah SAW pada Izrail. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. Tidak beberapa saat kemudian Jibril a.s. pun turun dan duduk dekat kepala Rasulullah s.a.w. Melihat kedatangan Jibril a.s. maka Rasulullah s.a.w. pun berkata: “Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat” Berkata Jibril a.s.: “Ya aku memang tahu.” Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah s.w.t.” Berkata Jibril a.s.: “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti rohmu dilangit. Semua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan Semua bidadari sudah berhias menanti kehadiran rohmu.” “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah SAW dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat SAW lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan. Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah SAW mengaduh. Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah.
Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuhu, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?”
*********************************************************************************************************
BERDOA Berkata Al-Barra’ ra. bahwa Nabi SAW. bersabda: “Segala doa itu terdinding (terhalang untuk dikabulkan) dari langit sehingga orang yang berdoa itu mengucapkan shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad. “ KIJANG DAN ANAKNYA Diriwayatkan oleh Abu Na’im di dalam kitab ‘Al-Hilyah’ bahwa seorang lelaki lewat di sisi Nabi SAW. dengan membawa seekor kijang yang ditangkapnya, lalu Allah Taala (Yang berkuasa menjadikan semua benda-benda berkata-kata ) telah menjadikan kijang itu berbicara kepada Nabi SAW : “Wahai Pesuruh Allah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa ekor anak yang masih menyusu, dan sekarang aku sudah ditangkap sedangkan mereka sedang kelaparan, oleh itu haraplah perintahkan orang ini melepaskan aku supaya aku dapat menyusukan anak-anakku itu dan sesudah itu aku akan kembali ke mari. ” Bersabda Rasulullah SAW. “Bagaimana kalau engkau tidak kembali kesini lagi?” Jawab kijang itu: “Kalau aku tidak kembali ke mari, nanti Allah Ta’ala akan melaknatku sebagaimana Ia melaknat orang yang tidak mengucapkan sholawat bagi engkau apabila disebut nama engkau disisinya. “Lalu Nabi SAW. pun bersabda kepada orang itu : “Lepaskan kijang itu buat sementara waktu dan aku jadi penjaminnya. “Kijang itu pun dilepaskan dan kemudian ia kembali ke situ lagi. Maka turunlah malaikat Jibril AS dan berkata : “Wahai Muhammad, Allah Ta’ala mengucapkan salam kepada engkau dan Ia (Allah Ta’ala) berfirman: “Demi KemuliaanKu dan KehormatanKu, sesungguhnya Aku lebih mengasihi umat Muhammad dari pada kijang itu mengasihi anak-anaknya dan Aku akan kembalikan mereka kepada engkau sebagaimana kijang itu kembali kepada engkau.”

Al-Aqsha

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَاءِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي اْلأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا {4} فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ أُوْلاَهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ أُوْلِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلاَلَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً {5} ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاهُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا {6} إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ اْلأَخِرَةِ لِيَسُوئُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَاعَلَوْا تَتْبِيرًا {7}
Dan Kami memberi peringatan (yang jelas) kepada Bani Israil di dalam Kitab, bahwa mereka akan dua kali membuat kerusakan di muka bumi dan merasa unggul dengan kesombongan yang besar (dan dua kali mereka diazab). Maka ketika peringatan pertama sudah berlaku, Kami utus kepadamu hamba-hamba Kami yang berkekuatan dahsyat; mereka menyusup ke dalam kampung-kampung; dan itulah peringatan yang sudah (sepenuhnya) terlaksana. Kemudian Kami berikan kepada kamu giliran melawan mereka; dan Kami bantu kamu berupa harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu golongan yang lebih besar. Kalau kamu berbuat baik, berbuat baiklah untuk dirimu sendiri. Kalau kamu berbuat jahat, (perbuatanmu) untuk dirimu sendiri. Maka jika peringatan kedua sudah lalu (Kami mengizinkan musuh-musuhmu) akan merusak wajah-wajahmu, dan mereka memasuki Kuil sebagaimana telah mereka masuki pertama kali, dan mereka membinasakan segala yang berada di bawah kekuasaan mereka (Q., 17: 4-7). Al-Quran surat Al-Isrâ’, ada keterangan sangat menarik yang bisa dijadikan sebagai titik tolak untuk mempelajari bagaimana nasib al-Masjid al-Aqsha. Setelah Nabi Sulaiman berkuasa, di atas tempat peletakkan tâbût ia membangun masjid besar yang kemudian dikenal dengan al-Masjid al-Aqsha (didirikan sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi). Ialah ketika Nebukadnezar menyerbu Palestina, kurang lebih 600 tahun Sebelum Masehi atau kurang lebih 300-an tahun setelah Nabi Sulaiman. Orang-orang Babilon merajalela di seluruh pelosok Palestina; mereka tidak hanya meratakan tanah Yerusalem atau Al-Quds atau Al-Bayt Al-Maqdis, bahkan orang Yahudi diboyong ke Irak (Babilonia) dan dijadikan budak. Inilah masa perbudakan bangsa Yahudi. Bangsa Babilon kemudian berperang dengan orang Persi. Perang Persi ini menjadi contoh bagi Inggris pada waktu Perang Dunia ke-2. Orang Inggris kira-kira berkata begini kepada orang Yahudi, “Hey orang Yahudi, kami sedang berperang melawan Jerman, kalau kamu menolong kami dan kami menang, kamu boleh kembali ke Palestina.” Itu permulaan riwayat Israil melalui Bellfor Declaration. Dulu, orang Persi juga melakukan tindakan seperti itu. “Hey orang Yahudi, kita sedang berperang dengan orang Babilon, kalau kami menang kamu boleh kembali ke Palestina, kamu akan bebas dari perbudakan.” Ternyata Persi menang. Orang Yahudi pun diperbolehkan kembal ke Palestina, diperbolehkan membangun masjid asalkan tidak megah; tetapi orang Persi tetap memegang kendali. Hal tersebut berjalan selama ratusan tahun, sampai datang raja Yahudi bernama Herod yang agung. Dia sebetulnya orang Arab, tetapi menjadi raja Yahudi. Sekitar 30-an tahun sebelum Nabi Isa lahir, masjid yang sudah dihancurkan pun dibangunnya kembali. Konon, bangunan itu lebih hebat daripada yang semula. Ketika bangunan masjid itu berdiri megah, Nabi Isa melihat hal-hal yang tidak beres. Meski masjid itu seolah-olah proyek Mercusuar, tetapi akhlak orang Yahudi sendiri telah rusak. Masjid tidak berfungsi, malahan di depannya terjadi praktek lintah darat. Oleh karena itu, ada cerita tentang Nabi Isa yang masuk ke masjid itu dan keluar sambil menendangi meja-meja kaum lintah darat seraya mengutuk, “kalau begini suatu saat Allah Swt. akan mengirimkan azab lagi kepada kalian dan masjid ini pasti hancur”. Kutukan tersebut memang terjadi, yaitu ketika pada tahun 70 Masehi Titus dari Roma menyerbu dan menghancurleburkan Palestina, termasuk masjidnya. Hal demikian terjadi karena orang Yahudi tidak mau tunduk kepada Roma. Di samping itu, menurut pandangan keagamaan, orang Yahudi memang telah menyimpang dari yang benar, misalnya mempraktikkan lintah darat. (Fenomena riba sebetulnya dipelopori orang-orang Yahudi; istilah bankrut di masa sekarang berasal dari bahasa Latin bankarota, banka artinya meja dan rota artinya roboh). Lebih dari itu, Titus juga melarang orang Yahudi tinggal di Palestina. Inilah awal pengalaman bangsa Yahudi paling menyedihkan yang disebut diaspora. Diaspora artinya merana di muka bumi tanpa tanah air dan selalu dihina orang. Mereka hidup di ghetto-ghetto (ghetto adalah tempat kumuh, dan erat sekali terkait dengan orang Yahudi; kalau di Eropa, yang disebut ghetto adalah tempat kumuh orang Yahudi). Inilah sebetulnya yang disebut oleh Al-Quran,
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِئَايَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ اْلأَنبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ
Mereka selalu ditimpa kehinaan (seperti kemah) di mana pun mereka berada, kecuali bila mereka berpegang pada tali (janji) dari Allah dan tali (janji) dari manusia (Q., 3: 112). Artinya, Bangsa Israil akan terlepas dari kehinaan apabila mereka memelihara hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.
***Al-Aqsa Mosque published between 1856 and 1860*** Demikianlah, orang-orang Roma kemudian berusaha mengikis habis sisa-sisa keyahudian dari Yerusalem. Bahkan nama Yerusalem (Al-Quds, tempat suci) pun tidak boleh digunakan. Yerusalem selanjutnya dijadikan pusat pemujaan kepada Dewi Aelia (sebuah patung Dewi dari Roma yang namanya Aelia). Patung Dewi Aelia didirikan persis di atas Ka’bah orang Yahudi. Nama Yerusalem pun diganti menjadi Aelia Capitolina yang berarti kota Aelia. Maka, pada waktu Umar membuat perjanjian dengan orang-orang Yerusalem, perjanjian itu disebut “Perjanjian Aelia” (Mîtsâq Aelia). Setelah menjadi pusat penyembahan berhala, Konstantin masuk Kristen.

4 Maret 2012

HIM & SPIRITUALISM

********************************************************************************************************
Suatu pagi, diakhir Februari 1967, di sebuah ruang Istana Merdeka terjadi dialog yang mengharukan. Saat itu saat senja dalam kekuasaan Soekarno. Tak ada lagi cahaya terang yang banyak menyinarinya lagi. Semua seolah ikut meredup. Kekuasaannya digerogoti, kewenangannya dibatasi, kehormatannya mulai dilecehkan, keluarganya diteror mental, ajarannya dibuang dan foto-fotonya mulai diturunkan. “Saya akan bertobat, Kak”, kata Soekarno sambil mengucurkan air mata, dengan kedua belah tangannya diletakkan pada pundak sang kakak. Siapa sang kakak itu? Dia adalah Abdul Rachim, orang yang sudah dikenalnya sejak awal negeri ini berdiri. Abdul Rachim sudah seperti guru spiritual Soekarno, menurut Chairul Basri, orang yang dekat dengan sang kakak dan juga dengan Soekarno.
******************************************************************************************************** Soekarno menitikkan air mata ketika dia berada dalam sebuah ruangan sempit di penjara Banceuy, Bandung tahun 1929. Dia terharu merasakan betapa dia harus mempelajari ajaran-ajaran Nabi Muhammad, yang kurang dia kenal. “Di sinilah pertama kali jiwaku insyaf akan agama”, katanya mengenang semasa di tahan di penjara Banceuy oleh Belanda. Di sana dia menemukan Islam. Dan di usia senjanya, dia kembali menitikkan air mata untuk mengingat, apakah dia menjalankan ajaran Nabi Muhammad SAW seperti yang dia ingini dahulu. ******************************************************************************************************* Dalam amanatnya pada hari peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 6 Maret 1961, ia mengaku pernah di tanya soal kepercayaannya kepada tuhan."Apakah Bung Karno yang intelektual, Bung Karno yang profesor, yang insinyur, yang dokter percaya adanya tuhan ? saya jawab tegas ya saya percaya. Apa bukti tuhan ada ? saya berkata, sering saya becakap-cakap dengan tuhan. saya sering meminta kepada zat itu, dan zat itu sering memberikan kepadaku apa yang ku minta. Nah itulah satu bukti nyata bagiku bahwa tuhan itu ada." Soekarno sendiri mengakui pernah terjadi suatu evolusi iman pada dirinya. ketika ia di dalam penjara sukamiskin."Di dalam penjara, ini salah satu hikmah saya mempelajari agama. Sekeluar dari penjara sya menjadi manusia yang mati-matian percaya kepada Allah dan Muhammad. kejadian di Brastagih mempertebal keimananku lagi." Juli 1955, bung karno menunaikan ibadah haji. Dalam kesempatan itu, ia berziarah ke makam Rasulullah di Masjid Nabawi di Madinah, kemudian melakukan shalat sunnah di Rudha tepat menempati mihrab Nabi dan berdoa serta berdzikir. Setelah berhaji nama Bung Karno menjadi Haji Akbar Ahmad Soekarno. ________________________________________
Dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.[ Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".
Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda) Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[ Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. ________________________________________*******S*P*I*R*I*T*U*A*L*i*s*m******* (Konon : ayahanda Soekarno sebenarnya adalah Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk “anak ciritan” dalam lingkaran kraton Solo) Sebagai seorang pemikir handal yang mempercayai suatu kehidupan alam lain, beliau kerap mengasingkan diri dalam fenomena yang tak layak pada umumnya, yaitu selalu bertirakat dari satu gua kumuh, bebukitan terjal, hutan belantara hingga tempat wingit lainnya. Kisah ini terjadi pada Jum’at legi, bulan Maulud 1937 H. Berawal dari sebuah mimpi yang dialaminya. Di suatu malam, beliau didatangi seekor naga besar yang ingin ikut serta mendampingi hidupnya. Naga itu mengenalkan dirinya bernama, Sanca Manik Kali Penyu, yang tinggal didalam bukit Gorong, kepunyaan dari Ibu Ratu Nyi Blorong, yang melegendaris. Dengan kejelasan mimpinya, langsung menemui KH. Rifai, yang kala itu sangat masyhur namanya. Lalu sang kyai memberinya berupa amalan atau sejenis doa Basmalah, yang konon bisa mewujudkan benda gaib menjadi nyata. Lewat suatu komtemplasi dan proswsi ritual panjang, akhirnya Bung Karno, ditemui sosok wanita cantik yang tak lain adalah Nyi Blorong sendiri. “Andika..!!! Derajatmu wes tibo neng arep, siap nampi mahkota loro, lan iki mung ibu iso ngai bibit kejembaran soko nagara derajat, kang manfaati soko derajatmu ugo wibowo lan rejekimu serto asih penanggihan” terang Nyi Blorong. Yang arti dari ucapan tadi kurang lebihnya : “Anakku !! Sebentar lagi kamu akan menjadi manusia yang mempunyai dua derajat sekaligus (Pemimpin umat manusia dan Bangsa gaib yang disebut sebagai istilah / Rijalul gaib). Saya hanya bisa memberikan sebuah mustika yang manfaatnya sebagai, ketenangan hatimu, keluhuran derajat, wibawa, kerejekian serta pengasihan yang akan membawamu dipermudah dalam segala tujuan” Mustika yang dimaksud tak lain berupa paku bumi, jelmaan dari seekor naga sakti, Sanca Manik, yang di dalam mulutnya terdapat satu buah batu merah delima bulat berwarna merah putih crystal, symbol dari bendera merah putih / negara Indonesia. Sebagai sosok mumpuni sekaligus hobi dalam dunia supranatural, 7 bulan dari kedapatan mustika Sanca Manik, beliau pun bermimpi kembali. Yang mana di dalam mimpinya sosok Kanjeng Sunan KaliJaga beserta ibu Ratu Kidul Pajajaran menyuruh Bung Karno, datang ke bukit Tinggi Pelabuhan Ratu, Sukabumi – Jawa Barat. “Datanglah Nak ketempatku..!!! Kusiapkan jodoh dari pemberian Putranda (Nyi Blorong) yang kini telah kau terima, tak pantas melati tanpa kembang kenanga, lelaki tanpa adanya wanita” Tentunya sebagai seorang yang berpengalaman dalam pengolahan bathiniyah, Bung Karno, adalah salah satu bocah yang sangat paham akan makna sebuah mimpi. Dalam hal ini beliau menyakini bahwa yang barusan dialaminya adalah bagian dari keneran. Dengan meminta bantuan kepada, Kartolo Harjo, asal dari kota Pekalongan, yang kala itu dianggap orang paling kaya, merekapun hari itu juga langsung menuju lokasi yang dimaksud, dengan membawa sedan cw keluaran tahun 1889. Kisah perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, ini cukup memakan waktu panjang, pasalnya disetiap daerah yang dilaluinya Bung Karni, selalu diberhentikan oleh seseorang yang tidak dikenal. Mereka berebut memberikan sesuatu pada sosok kharismatik berupa pusaka maupun bentuk mustika. Hal semacam ini sudah sewajarnya dalam dunia keparanormalan sejak zaman dahulu kala, dimana ada sosok yang bakal menjadi cikal seorang pemimpin. maka seluruh bangsa gaibiah akan dengan antusiasnya berebut memamerkan dirinya untuk bisa sedekat mungkin dengannya. Untuk mengungkapkan lebih lanjut perjalanan Bung Karno menuju Pelabuhan Ratu, yang dimulai pada hari Kamis pon, Ba’da Subuh, Syawal 1938H, pertama kalinya perjalanan ini dimulai dari kota Klaten Jawa Tengah. Di tengah hutan Roban, Semarang, beliau diminta turun oleh sosok hitam berambut jambul, yang mengaku bernama, Setopati asal dari bangsa jin, dan memberikan pusaka berupa cundrik kecil, berpamor Madura dengan besi warna hitam legam. Manfaatnya, sebagai wasilah bisa menghilang. Juga saat melintas kota Brebes dan Cirebon, beliau disuruh turun oleh (empat) orang yang tidak di kenal 1. Benama Kyai Paksa Jagat, dari bangsa Sanghiyang, memberikan sebuah keris beluk-5, manfaatnya sebagai wasilah, tidak bisa dikalahkan dalam beragumen. 2. Bernama Nyai Semporo, asal dari Selat Malaka, yang ngahyang sewaktu kejadian Majapahit dikalahkan oleh Demak Bintoro, beliau memberikan sebuah tusuk konde yang dinamai, Paku Raksa Bumi, manfaatnya, mempengaruhi pikiran manusia. 3. Bernama Kyai Aji, asal dari siluman Seleman, beliau memberikan sebuah pusaka berupa taring macan, manfaatnya, sebagai kharisma dan kedudukan derajat. 4. Bernama Ki Jaga Rana, memberikan sebuah batu mustika koplak, berwarna merah cabe, manfaatnya sebagai daya tahan tubuh dari segala cuaca. Lalu saat melintas hutan Tomo Sumedang, beliaupun dihadang oleh seorang nenek renta yang mengharuskannya turun dari mobil, mulanya Bung Karno, enggan turun, namun saat melaluinya untuk terus melajukan mobil yang dikendarainya, ternyata mobil tersebut tidak bisa jalan sama sekali, disitu beliau diberikan satu buah mustika Yaman Ampal, sebagai wasilah kebal segala senjata tajam. Juga saat melintas digerbang perbatasan Sukabumi, beliau dihadang oleh segerombolan babi hutan, yang ternyata secara terpisah, salah satu dari binatang tadi meninggalkan satu buah mustika yang memancarkan sinar kemerahan berupa cungkup kecil yang didalamnya terdapat satu buah batu merah delima mungil. Sesampainya ditempat yang dituju, Bung Karno dan temannya mulai mempersiapkan rambe rompe berupa sesajen sepati, sebagai satu penghormatan kepada seluruh bangsa gaib yang ada di tempat itu, tepatnya malam rabo kliwon, Bung Karno, mulai mengadakan ritual khususiah secara terpisah dengan temannya, semua ini beliau lakukan agar jangan sampai mengganggu satu sama lainnya dalam aktifitas menuju penghormatan kepada bangsa gaib yang mengundangnya. Dua malam beliau melakukan ritual tapa brata, dengan cara sikep kejawen yang biasa dilakukannya saat menghadapi penghormatan kepada bangsa gaib, lepas pukul 24.00, Seorang bersorban dan wanita cantik yang tiada tara datang menghampirinya, mereka berdua tak lain adalah Sunan KaliJaga dan Nyimas Nawang Wulan Sari Pajajaran, yang sengaja mengundangnya. “Anakku..!! Dalam menghadapi peranmu yang sebentar lagi dimulai, ibu hanya bisa memberikan sementara sejodoh mustika yang diambil dari dasar laut Nirsarimayu (dasar laut pantai selatan sebelah timur kaputrennya) ini mustika jodohnya dari yang sudah kamu pegang saat ini, gunakanlah mustika ini sebagai wasilah kerejekian guna membantu orang yang tidak mampu, sebab inti dari kekuatan yang terkandung didalamnya, bisa memudahkan segala urusan duniawiah sesulit apapun” Lalu setelah berucap demikian, kedua sang tokoh pun langsung menghilang dari pandangannya. Kini tinggal Bung Karno, sendirian yang langsung menelaah segala ucapan dari Ibu Ratu, barusan. Didalam tatacara ilmu supranatural, cara yang dilakukan oleh Bung Karno, diam menafakuri setelah kedapatan hadiah dari bangsa gaib tanpa harus meninggalkan tempat komtemplasi terlebih dahulu, adalah suatu tatakrama yang sangat dihormati oleh seluruh bangsa gaib dan itu dinamakan, Sikep undur / tatakrama perpisahan. Dari kejadian itu Bung Karno, langsung mengambil sikap diam dalam perjalanan pulang sambil berpuasa hingga sampai rumah / tempat kembali semula, cara seperti ini disebut sebagai, Ngaula hamba / mentaati peraturan gaib supaya apa yang sudah dimilikinya bisa bermanfaat lahir dan bathin. Dalam kisah ini bisa diambil kesimpulan bahwa, segala sesuatunya bisa bermanfaat, apabila disertai kerja keras dan tetap memegang penghormatan dalam menggunakan apapun yang bersifat gaibiyah, bukan malah sebaliknya, berandai-andai yang mengakibatkan kita jadi malas. Kisah ini sudah mendapatkan ijin dari Ahlul Khosois, Habib Umar Bin Yahya, Pekalongan, Habib Nawawi Cirebon, Habib Nur, Indramayu dan Mbah Moh, dari Pertanahan Kebumen Jawa Tengah.
Perjalanan Sejarah Ir. Ahmad Soekarno dalam menentukan Pancasila sebagai Lambang Negara dan 17 Agustus 1945 sbg Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Perjalanan ini dimulai saat Anak Bung Karno yaitu Guntur Soekarno Putra berumur 10 Tahun (Di Gunung Guntur Garut). Terjadilah dialog antara Bung Karno dengan para Tokoh Spiritualnya itu. Setelah dialog itu lalu Bung Karno pergi ke Gunung Salak – BOGOR yaitu di Taman Sari di dekat sebuah Pohon Waru untuk berkhalwat, bermunajat kepada Allah SWT. Khalwat Hari I (Pertama) BUNG KARNO Dalam khalwat pada hari pertama itu, Bung Karno memohon bermunajat kepada Allah SWT; Apakah kiranya yang akan dipakai sebagai Lambang Negara Republik Indonesia ini? Pada hari itu tiba-tiba muncul se-ekor Burung Elang Bondol dan mendarat di Pohon Waru. Bung Karno berpikir, mungkinkah ini yang akan dijadikan Lambang Negara ? namun akhirnya Bung Karno meneruskan kembali khalwatnya memohon petunjuk dari Allah SWT. Khalwat Hari II (Kedua) BUNG KARNO Khalwat pada hari ke-Dua itu mendarat se-ekor Burung Elang Laut di pohon waru, yang besarnya melebihi Burung Elang Bondol. Saat Bung Karno melihat burung itu, ia berpikiran mungkinkah ini, tetapi Bung Karno akhirnya berpikiran mungkin bukan ini petunjuk dari Allah sebagai Lambang Indonesia sehingga Bung Karno akhirnya melanjutkan lagi khalwatnya. Khalwat Hari III (Ketiga) BUNG KARNO Pada khlawat hari yang ketiga itu tiba-tiba Bung Karno melihat dari atas udara turun se-ekor Burung Elang yang dari jauh kelihatan kecil lama kelamaan menjadi besar dan mendarat di Pohon Waru. Burung Elang itu mempunyai Bentangan Sayap 1,5 – 1,8 Meter yang berwarna Emas. Selanjutnya Burung Elang itu disebut juga Burung Rajawali yang merupakan Burung khas Indonesia khususnya Jawa Barat. Setelah melihat Burung Rajawali (Elang) yang sedemikian besar itu, lalu Bung Karno meminta Petunjuk kepada Allah SWT. Jika Burung Rajawali ini benar sebagai Lambang Negara Republik Indonesia, Bung Karno mohon diberikan petunjuk dan tandanya. Sehingga pada saat itu tiba-tiba Burung Rajawali itu Mengepakkan Sayapnya sebanyak 3 (tiga) kali sambil mengangguk dan lalu berdiri sambil menunjukkan Dadanya. Selanjutnya Bung Karno pada saat itu berkeyakinan bahwa Burung Rajawali itu sebagai Lambang Negara Republik Indonesia. Dialog Bung Karno tentang Lambang Negara Setelah kejadian itu lalu Bung Karno mengadakan Dialog dengan Para Tokoh Spritritual, antara lain: Mama Amilin Abdul Jabbar berpendapat ; Burung Elang atau Rajawali diganti namanya menjadi Burung Garuda. Eyang Santri Kalamullah berpendapat; Burung itu adalah Burung Garuda dengan Bahasa Alam utk Akhirat dan Agama. Dari Dialog itu maka Bung Karno bersepakat bahwa Lambang Negara Republik Indonesia adalah Burung Garuda. Dialog Hari Penentuan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Pada masa itu Bung Karno mengusulkan tanggal 15 Agustus 1945 adalah sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. Tetapi Eyang Santri Kalamullah mengusulkan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agurtus 1945. Sehingga pada rapat tersebut akhirnya semua sepakat bahwa 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun makna dari pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah sebagai berikut : a. 17 ; berarti jumlah 17 Raka’at Shalat sehari semalam b. 8 ; berarti 8 Arah Penjuru Mata Angin c. 19 ; 19 huruf Hijaiyah BISMILLAHIRROHMANIRROHIM d. 45 ; berarti jika dijumlahkan menjadi angka 9 (sembilan) yang berarti Wali Songo yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Bumi Nusantara Dari hal ini saja mestinya kita harus Bangga bahwa sesungguhnya Negara yang kita cintai ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri atas KASIH dan SAYANG Allah SWT yang dilimpahkan untuk Bumi Nusantara ini. PHOTO DIBAWAH INI,bersama Haji AGUS SALIM
Dalam amanatnya pada hari peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 6 Maret 1961, ia mengaku pernah di tanya soal kepercayaannya kepada tuhan."Apakah Bung Karno yang intelektual, Bung Karno yang profesor, yang insinyur, yang dokter percaya adanya tuhan ? saya jawab tegas ya saya percaya. Apa bukti tuhan ada ? saya berkata, sering saya becakap-cakap dengan tuhan. saya sering meminta kepada zat itu, dan zat itu sering memberikan kepadaku apa yang ku minta. Nah itulah satu bukti nyata bagiku bahwa tuhan itu ada." Soekarno sendiri mengakui pernah terjadi suatu evolusi iman pada dirinya. ketika ia di dalam penjara sukamiskin."Di dalam penjara, ini salah satu hikmah saya mempelajari agama. Sekeluar dari penjara sya menjadi manusia yang mati-matian percaya kepada Allah dan Muhammad. kejadian di Brastagih mempertebal keimananku lagi." Juli 1955, bung karno menunaikan ibadah haji. Dalam kesempatan itu, ia berziarah ke makam Rasulullah di Masjid Nabawi di Madinah, kemudian melakukan shalat sunnah di Rudha tepat menempati mihrab Nabi dan berdoa serta berdzikir. Setelah berhaji nama Bung Karno menjadi Haji Akbar Ahmad Soekarno.
PHOTO DIBAWAH INI, KETIKA DI MASJID LENINGRAD (Th. 1960)
“Kalau kita makan daging babi sepotong kecil saja, maka seluruh orang akan menyebut Anda kafir!. Tapi coba kalau Anda makan harta anak yatim, memfitnah orang lain, berbuat syirik (menyembah lebih dari satu Tuhan), tidak ada yang ribut!”, tulis Soekarno pada sebuah sebuah majalah Islam di tahun 1940.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli di tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara baru merdeka[14]. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah muka Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan di masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek yunior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara • Masjid Istiqlal 1951 • Monumen Nasional 1960 • Gedung Sarinah • Wisma Nusantara • Hotel Indonesia 1962 • Tugu Selamat Datang • Monumen Pembebasan Irian Barat • Patung Dirgantara • Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Denmark dan bahasa Spanyol. Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
“Aku tidak pernah tahu, tidak pernah berkata akan jadi pemimpin, karena aku adalah seorang yang bertindak pada penjajah, hanya berkobarkan semangat dalam dada, pada saat terakhir aku meninggalkan jasadku aku berkata, “Tidak akan aku tinggalkan tanahku, karena rakyatku aku menjadi besar, karena guru-guru dan orang tuaku aku menjadi pemimpin”.
Kekuasaan seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, baginya seperti kehidupan di atas panggung. Berasal dari Allah SWT , tiada karena Allah SWT.
BISMILLAHI MASYA ALLAHU LA YASUUQUL KHAIRA ILALLAH, BISMILLAHI MASYA ALLAHU LA YASRUUFFUS SU'A ILALLAH, BISMILLAHI MASYA ALLAHU LAA HAULA WALA KUWATA ILA BILLAHIL ALIYIL ADZHIM !