Silsilah
Silsilah sejarah Sunan Giri .Sunan Giri merupakan keturunan Nabi Muhammad yg ke 24 :
1. Nabi Muhammad SAW
2. Fatima Az Zahro
3. Husein
4. Ali Zainal Abidin
5. Muhammad Al Baqir
6. Ja'far As Shodiq
7. Ali Al Uraidli
8. Muhammad Al Faqih
9. Isa Al Naqib
10. Ahmad Ak Muhajir
11. Ubaidillah
12. Alawi
13. Muhammad
14.Alawi
15. Ali Khalik Qasam
16. Muhammad Shohibu Marbat
17. Alawi
18. Abdul malik
19. Amir Abdullah Khan
20. Ahmad Syah Jalal
21. Jamaluddin Husen
22. Ibrahim Al Ghozi
23. Maulana Ishak
24. Ainul Yakin Sunan Giri
2. Fatima Az Zahro
3. Husein
4. Ali Zainal Abidin
5. Muhammad Al Baqir
6. Ja'far As Shodiq
7. Ali Al Uraidli
8. Muhammad Al Faqih
9. Isa Al Naqib
10. Ahmad Ak Muhajir
11. Ubaidillah
12. Alawi
13. Muhammad
14.Alawi
15. Ali Khalik Qasam
16. Muhammad Shohibu Marbat
17. Alawi
18. Abdul malik
19. Amir Abdullah Khan
20. Ahmad Syah Jalal
21. Jamaluddin Husen
22. Ibrahim Al Ghozi
23. Maulana Ishak
24. Ainul Yakin Sunan Giri
Para Penguasa
Para pemimpin Giri Kedaton.
- Raden Paku atau Prabu Satmata atau Sunan Giri I (1487–1506)
- Sunan Dalem atau Sunan Kedul atau Sunan Giri II (1487–1546)
- Sunan Seda ing Margi atau Sunan Giri III (1546–1548)
- Sunan Mas Ratu Pratikal atau Sunan Prapen atau Sunan Giri IV (1548–1605)
- Sunan Kawis Guwa atau Sunan Giri V (1605–..)
- Panembahan Ageng Giri (...–1680)
- Panembahan Sedang Rono
8. Pangeran Mas Witono
9. Pangeran Pushpohito
10. Pangeran Singonegoro
11. Pangeran Singosari
Bupati Bupati Gresik
12. Tumenggung Pusphonegoro
13. Tumenggung Joyonegoro 1732-1739
14. Tumenggung Surowikromo 1739 - 1743
15. Tumenggung Pusponegoro II 1743 - 1748
16. Suronegoro (bupati Kesepuhan) 1748 - 1762
17. Tirtorejo (Bupati Kenoman ) 1762 - 1762
18.Tumenggung Astonegoro 1762 - 175
19. Tumenggung Haryo Negoro 1775 - 1778
20. Tumenggung Joyodirejo 1778 - 1788
21. Adipati Brotonagaro 1788 - 1808
22. Tumenggung Harjoadinegoro 1808 - 1820
23. Tumenggung Joyoadinegoro 1828- 1836
24. Brotoadinegoro 1836 - 1847
25. Tumenggung Harjoadinegoro II 1847 - 1926
Puncak Kejayaan
Giri Kedaton mengalami puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sunan Prapen tahun 1548–1605. Saat itu Giri tidak hanya sekadar sekolah agama, namun juga menjadi “kerajaan” yang meiliki kekuatan politik.
Misalnya, Sunan Prapen dikisahkan menjadi pelantik Sultan Adiwijaya raja Pajang. Ia juga menjadi mediator pertemuan antara Adiwijaya dengan para bupati Jawa Timur tahun 1568. Dalam pertemuan itu, para bupati Jawa Timur sepakat mengakui kekuasaan Pajang sebagai kelanjutan Kesultanan Demak
Sunan Prapen juga menjadi juru damai peperangan antara Panembahan Senopati raja Mataram melawan Jayalengkara bupati Surabaya tahun 1588. Peperangan itu dilatarbelakangi oleh penolakan para bupati Jawa Timur terhadap kekuasaan Senopati yang telah meruntuhkan Kesultanan Pajang.
Tidak hanya itu, Sunan Prapen hampir selalu menjadi pelantik setiap ada raja Islam yang naik takhta di segenap penjuru Nusantara.
Kesultanan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung menghendaki agar Giri Kedaton tunduk sebagai daerah bawahan. Pada tahun 1630 Giri Kedaton di bawah pimpinan Sunan Kawis Guwa menolak kekuasan Mataram.
Tidak seorang pun perwira Mataram yang berani menghadapi Giri. Rupanya mereka masih takut akan kekeramatan Walisongo meskipun dewan tersebut sudah tidak ada lagi.
Sultan Agung pun menunjuk iparnya, yaitu Pangeran Pekik putra Jayalengkara dari Surabaya untuk menghadapi Giri. Semangat pasukan Mataram bangkit karena Pangeran Pekik merupakan keturunan Sunan Ampel, sementara Sunan Kawis Guwa adalah keturunan Sunan Giri I, di mana Sunan Giri I adalah murid Sunan Ampel.
Perang akhirnya dimenangkan oleh pihak Mataram di mana Giri Kedaton takluk sekitar tahun 1636. Sunan Kawis Guwa dipersilakan untuk tetap memimpin Giri dengan syarat harus tunduk kepada Mataram.
Sejak saat itu wibawa Giri Kedaton pun memudar. Pengganti Sunan Kawis Guwa tidak lagi bergelar Sunan Giri, melainkan bergelar Panembahan Ageng Giri.
Gelar Panembahan dan Giri memengaruhi penguasa Kerajaan Tanjungpura di Kalimantan Barat ketika memeluk Islam menggunakan gelar Panembahan Giri Kusuma.
Giri Kedaton yang sudah menjadi bawahan Mataram kemudian mendukung pemberontakan Trunojoyo dari Madura terhadap pemerintahan Amangkurat I putra Sultan Agung. Panembahan Ageng Giri aktif mencari dukungan untuk memperkuat barisan pemberontak.
Puncak pemberontakan terjadi tahun 1677 di mana Kesultanan Mataram mengalami keruntuhan. Amangkurat I sendiri tewas dalam pelarian. Putranya yang bergelar Amangkurat II bersekutu dengan VOC melancarkan aksi pembalasan.
Amangkurat II yang menjadi raja tanpa takhta berhasil menghancurkan pemberontakan Trunojoyo akhir tahun 1679. Sekutu Trunojoyo yang bertahan paling akhir adalah Giri Kedaton. Pada bulan April 1680 serangan besar-besaran terhadap Giri dilancarkan oleh VOC–Belanda. Murid andalan Giri yang menjadi panglima para santri bernama Pangeran Singosari gugur dalam peperangan.
Panembahan Ageng Giri ditangkap dan dihukum mati menggunakan cambuk. Tidak hanya itu, anggota keluarganya juga dimusnahkan. Sejak saat itu berakhirlah riwayat Giri Kedaton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar