27 Maret 2012

HANUMAN

Kera adalah binatang yang mempunyai sifat, terampil, lincah, sederhana, kuat dan patuh terhadap ‘majikan’-nya, hanya saja mereka akan kembali ke sifat asalnya ketika berada dalam kelompoknya. Hanuman bukanlah kera biasa. Dia adalah putra Anjani, seorang ibu berwajah kera yang bertapa puluhan tahun, agar mendapatkan keturunan yang mulia. Anjani adalah saudara perempuan dari Subali dan Sugriwa putra dari Resi Gotama dan ibu Windradi. Beruntunglah Hanuman yang mendapatkan ‘majikan’, ‘guru’ bijak Sri Rama sehingga dia bisa melepaskan ‘kekeraan’-nya. Konon Hanuman adalah putra dari Bathara Guru. Kisah para leluhur pun sering dibengkokkan. Bathara Guru, Sang Pendaur Ulang sering dikatakan ‘cluthak’, suka tergiur wanita cantik layaknya Anjani . Bathara Guru disimbolkan dengan lingga dan yoni. Segala sesuatu dimulai dengan bertemunya energi Yin dan Yang. Hidup tetap merupakan misteri. Dan Bathara Guru pun penuh misteri. Anjani memberdayakan unsur angin, Dewa Bayu, dan melahirkan putra bernama Hanuman yang berbulu putih. Konon, pada saat Hanuman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia melemparkan petir vajra-nya ke arah Hanuman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi ngambek dan berdiam diri. Angin tidak bertiup di bumi, dan semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada Bayu agar tidak ngambek. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Hanuman sehingga kebal dari segala macam senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Hanuman menjadi makhluk yang abadi . Bagi Hanuman, semua kejadian yang dialaminya berpuncak pada waktu bertemu Sri Rama. Hanuman merasa tugas yang diberikan Sri Rama kepadanya, bukan untuk kepentingan Sri Rama, tetapi untuk meningkatkan kesadaran dirinya. Semua potensi spiritual yang berada dalam dirinya seakan bangkit setelah bertemu Sri Rama. Hanuman tidak tertarik pada tahta dan kenyamanan. Hanuman tidak ikut Subali yang menang persaingan memperebutkan tahta terhadap Sugriwa, bahkan Hanuman ikut Sugriwa yang terusir dari istana. Walaupun demikian Hanuman juga tidak bermusuhan dengan Subali, sehingga Hanuman tidak ikut campur dalam perseteruan antara kedua pamannya. Hanuman sudah muak dengan ‘kedunia-kerawian’. Hanuman telah paham bahwa seseorang lahir dengan sifat genetik tertentu, kemudian sejak kecil dididik orang tua, lingkungan, pendidikan dan pengalaman. Kerangka kebenaran bagi setiap orang akan berbeda. Bahkan kedua pamannya Sugriwa dan Subali yang berseteru mempunyai landasan kebenaran masing-masing. Sugriwa merasa benar, karena sesuai pesan Subali apabila darah putih mengalir dari dalam goa ketika Subali bertarung dengan Raksasa Maesasura, berarti Subali mati dan goa ditutup. Sedangkan Subali merasa benar dan menyalahkan Sugriwa, mengapa setelah itu Sugriwa mengambil hadiah Dewi Tara yang sebenarnya diberikan kepada dia yang membunuh sang raksasa. Hanuman sudah muak dengan dengan kebenaran duniawi, yang bisa dibelokkan sesuai kepentingan masing-masing pribadi. Konon, kemuakan terhadap keduniawian itulah yang membawa Sri Rama bertemu dengannya. Hanuman sudah siap bertemu dengan seorang Guru. Hanuman mendengar dari ibunya bahwa paman-pamannya Sugriwa dan Subali pada awalnya adalah anak-anak yang baik. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya, godaan dari luar berupa kenikmatan indera dan godaan dari dalam berupa peningkatan ego sering tak terkendalikan.
Bertemu Sri Rama, Hanuman mulai paham bahwa Sugriwa mencari Tuhan untuk kepentingan duniawi, pembalasan dendam kepada Subali. Hanuman berdoa semoga dalam perjalanan berikutnya Sugriwa semakin meningkat kesadarannya. Hanuman menjadi paham bahwa Jatayu rela mati demi Tuhan dalam menegakkan kebenaran dengan melawan Rahwana yang menculik Dewi Sinta. Hanuman bisa menghayati mengapa Subari menunggu bertemu Tuhan, baru rela mati, demikian pula Raksasa Kabandha. Hanuman merasa beruntung menemukan Guru, dan dia patuh terhadap perintah Gurunya. Akan tetapi Hanuman paham bahwa sebelum kematian datang menjemputnya, dia harus selalu waspada.Demikianlah maka Hanuman tidak mempersoalkan mengapa Sri Rama membunuh Subali saat bertarung dengan Sugriwa. Mengapa Sri Rama harus memusnahkan ratusan ribu bangsa raksasa demi istrinya. Bagi Hanuman. Sri Rama memahami kehidupan masa lalu dan masa depan seseorang, sehingga secara utuh tindakan Dia adalah tindakan bijaksana.

Tidak ada komentar: